Lihat ke Halaman Asli

Ratna Sari Dewi

Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Kemukjizatan Al Quran Aspek Ijaz Ghaib

Diperbarui: 24 Mei 2024   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: teropongtimeindonesia.online

Manusia, seperti halnya makhluk yang lain, berada dalam pemeliharaan Allah sejak kelahiran hingga kematiannya. Setiap makhluk dibimbing oleh suatu sistem khusus menuju suatu tujuan yang telah ditentukan. Semua perbuatan buruk yang dilakukan manusia ternyata bersumber dari manusianya sendiri yang mempunyai akal dan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk akibat egoisme, kerakusan, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, Allah SWT mengajarkan perintah-perintah-Nya kepada hamba-hamba pilihan melalui wahyu dan menugaskan mereka untuk menindaklanjuti perintah-perintah itu kepada umat manusia, mengajak mereka untuk mengikuti dengan mengembankan rasa takut, dorongan dan ancaman.

Misi para nabi atau rasul terdahulu terbatas pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Mukjizat-mukjizat mereka bersifat temporal, lokal dan material. Berdasarkan kisah-kisah yang diangkat al- Qur'an, al-Suyth membagi mukjizat para nabi dan rasul pada dua kelompok besar, yakni mukjizat hissiyyah (dapat di tanggkap pancaindera), dan 'aqliyyah (hanya dapat di tangkap nalar manusia). Mukjizat hissiyyah diperkenalkan oleh nabi yang berhadapan dengan umat terdahulu, seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular untuk membungkam para penyihir karena tingkat kemampuan akal serta minimnya kekuatan pandangan nalar Bani Israil pada waktu Mus diutus kepada mereka. Mukjizat-mukjizat itu hanya dapat diperlihatkan kepada umat tertentu dan masa tertentu. Berbeda dengan para nabi dan rasul terdahulu, Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Karena itu mukjizat beliau bersifat 'aqliyyah karena mereka mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan kemampuan kognisi yang sempurna. Tantangan terhadap daya nalar tidak bersifat lokal, temporal dan material, tetapi bersifat universal, kekal serta dapat dipikirkan dan dibuktikan kebenarannya oleh akal manusia.

Aspek Berita Gaib

A. Berita gaib masa lampau

Salah satu kekuatan al-Qur'an yang sekaligus menjadi mukjizatnya adalah pemaparan kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam cerita-cerita Arab saat itu, dan tidak mungkin akan ditemukan secara keseluruhan dalam kajian-kajian kesejarahan. Informasi al-Qur'an tentang kejadian masa lampau cukup banyak, yang semuanya akan menunjukkan betapa mustahilnya ilmu tersebut berasal dari diri Muhammad sendiri. Dan berikut ini beberapa contoh dari kisah-kisah tersebut:

1) Kisah Nabi Nuh as.

Keterangan ini ditegaskan dalam QS. Hd: 49 :

...

Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahuinya, dan tidak pula kaummu sebelum ini. Ayat ini diturunkan dalam konteks pemberitaan kisah Nabi Nuh dan para pengikutnya yang menyelamatkan diri dari musibah banjir besar sebagai cobaan bagi para penantang dakwahnya. Al-Qur'an juga mengisahkan nabi-nabi lain, seperti Nabi Ibrahim, Ismail, Luth, Ya'qub, Musa, Harun, dan nabi lainnya, yang semuanya sulit diketahui umat manusia tanpa wahyu.

Rangkaian-rangkaian kisah dalam al-Qur'an diungkapkan untuk menguraikan ajaran-ajaran keagamaan, sekaligus menjadi pelajaran-pelajaran bagi umat dalam banyak hal. Penelitian antropologi misalnya sangat terbantu oleh narasi kisah Nabi Nuh. Umar Anggara menyimpulkan bahwa berdasarkan tradisi-tradisi kisah Yahudi dan diperkuat hadis Nabi, keragaman etnis umat manusia di dunia bermula dari keturunan Nabi Nuh yang memiliki empat orang anak, yaitu Sam, Ham, Yafat dan Kan'an. Kan'an merupakan salah satu anaknya yang menentang kenabian ayahnya sehingga terazab banjir besar. Namun dia mempunyai keturunan yang selamat. Sam, anak pertama Nabi Nuh, melahirkan keturunan yang kemudian menjadi bangsa Arab dan Persia. Ham adalah nenek moyang orang Afrika. Yafat adalah asal bangsa Arya yang kemudian melahirkan bangsa Eropa dan Asia Tengah. Sedang Kan'an melahirkan bangsa Phinisia, namun dibasmi dan diserap oleh Israil. Sebab itulah, bangsa-bangsa Timur Tengah sering disebut bangsa Samit atau Semit, bangsa Afrika biasa disebut Hamit. Sedangkan Eropa banyak yang membangsakan dirinya sebagai bangsa Arya. Inilah rekonstruksi yang didasarkan pada kisah-kisah dalam tradisi Yahudi dan Sunnah Nabi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline