Lihat ke Halaman Asli

Ratna Sari Dewi

Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Menggantung Impian

Diperbarui: 11 Maret 2023   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siluet wanita berjilbab. Photo by Idina Risk via pexels.com 

CITA-CITAKU

Air Mata Senja

Di waktu senja yang kelabu, dalam sebuah ruangan kamar rumah sakit, di situ hanya ada satu ranjang yang merupakan kamar VIP. Ainun terbaring lemah tak berdaya. Dia sempat koma selama sepuluh hari. Rahma,Ibunya Ainun yang penuh kasih sayang, selalu disampingnya dengan sabar menunggu, sesekali tertidur lelap di samping ranjang, menanti anaknya terbangun sambil memegang tangan halusnya. Ruangan yang hening, menggambarkan kesedihan yang meliputi hati ibunya Ainun. Gadis cantik yang tinggi semampai dan molek itu kini terbaring lemah. Gadis periang yang baik hati itu, kini tidak berdaya.

Tiba-tiba tangan halus yang dipegangnya bergerak dan spontan ibunya dengan sigap memanggil dokter jaga saat itu. Samar-samar Ainun membuka mata dan memandangi infus di tangannya. Dia terdiam bertanya-tanya, kenapa bisa berada di sini dengan lemas dan memakai infusan.

"Bu...kenapa aku berada di sini?" Dengan lirih sambil memandang ibunya yang sedang tertidur di sampingnya. Ibunya terbangun dan langsung membetulkan posisi tidur Ainun.

"Ainun...Alhamdulillah nak akhirnya kamu sadar...jangan banyak bergerak...dokter..dokter !"

Seru Rahma.

"Bu kenapa kakiku seperti kesemutan...aku tidak bisa menggerakan kakiku..." Tanya Ainun dengan keadaan lemas.

Rahma terdiam tidak mampu berkata-kata melihat putrinya Ainun dengan kondisinya sekarang ini pasca kejadian sepuluh hari yang lalu.

"Aaaaaaaa...mana kakiku bu...kenapa aku sekarang tidak punya kaki...dikemanakan kakiku buuu", Teriak Ainun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline