Lihat ke Halaman Asli

Uji Kompetensi Guru, Sekedar Review

Diperbarui: 20 November 2015   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bulan November ini dunia pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sedikit dihebohkan dengan UKG (Uji Kompetensi Guru) 2015, yang rencananya akan diselenggarakan tiap tahun sampai 2019. Saya sendiri sebagai bagian dari Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan sebagai penyelenggara UKG Nasional di tempatkan di Kabupaten Mukomuko, sebuah kabupaten yang berjarak 8 jam dari Kota Bengkulu menuju ke arah Sumatra Barat. Oh ini tantangan, karena UKG UKG sebelumnya saya selalu di seputar Jawa Tengah, yang kemungkinan lebih “maju” dari kabupaten Mukomuko di Bengkulu ini.

Perjuangan panjang dimulai pada hari pertama UKG di kabupaten Mukomuko pada tanggal  9 November 2013, dan setiap hari akan diisi dengan 3 sesi Ujian, dimulai pukul 07.30 dan selesai sekitar pukul 16.00. Berikut catatan saya selama menjadi penyelenggara UKG di kabupaten di Mukomuko.

  1. Stabilitas sumber daya

Wah ini masalah yang sepertinya melanda semua kabupaten di Bengkulu, mati listrik adalah hal yang biasa di semua kabupaten Bengkulu, hal ini bikin saya gmz, betapa tidak ketika peserta asyik mengerjakan listrik padam, otomatis harus pake genset dan memakai genset sendiri bukan tanpa resiko untuk komputer sekolah karena bisa merusak komponen komputer itu sendiri. Untuk peserta UKG juga mengganggu konsentrasi karena harus login ulang dan meneruskan mengerjakan soal. Untungnya dari awal sistem UKG sudah dilengkapi dengan sistem restore, jadi ketika listrik hidup dan peserta harus log in lagi, mereka tidak mengulang dari awal tapi dari titik waktu listrik mati.

  1. Stabilitas Koneksi Internet.

Ini juga menjadi kekhawatiran saya pada awalnya, namun ternyata koneksi di perbatasan Bengkulu pun cukup baik untuk melaksanakan UKG, jadi kekhawatiran saya tidak terbukti.

  1. Kemampuan guru mengoperasikan komputer

Wah ini juga bikin saya agak gregetan juga, betapa tidak, sebelum mulai sesi ujian saya selalu menanyakan apakah guru guru tersebut familiar atau pernah/sering mengoperasikan komputer, dan sering jawaban yang saya peroleh adalah “tidak pernah menggunakan komputer sebelumnya”. Jika jawaban itu saya peroleh dari guru berusia 50 keatas saya akan sangat maklum, namun beberapa sesi yang diisi oleh guru guru dibawah 30 tahunpun saya juga menemukan jawaban tersebut. Bahkan ada yang gemetar ketika memegang mouse, tidak paham mana klik kiri dan kanan, dan ada pula yang tidak mengerti tombol dimana letak  “enter” dan “spasi”, sayapun mengucap banyak kalimat dzikir dalam hati :p

  1. Anggaran untuk sekolah

Saya sebagai perwakilan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan sebenarnya agak malu ketika sekolah yang diberi amanah untuk menyelenggarakan UKG ternyata juga nombok sana sini untuk mempersiapkan jaringan, memperbaiki komputer yang rusak dan membeli komponen komponen komputer sehingga bisa memenuhi syarat untuk pelaksanaan UKG, tapi apa daya ternyata tidak ada bantuan untuk Sekolah tempat UKG berlangsung, jujur saja saya malu dan kasihan melihat perjuangan sekolah yang nombok untuk mensukseskan Uji Kompetensi Guru.

Sepertinya catatan kecil selama 2 minggu lebih di Bengkulu hanya itu, semoga saja big boss di senayan baca tulisan saya dan memahami kesulitan daerah dalam penyelenggaraan UKG, syukur syukur bisa dicarikan solusi...

Cheers...  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline