Lihat ke Halaman Asli

Tanda Tanya (Part 2)

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

dan ketika misteri itu perlahan muncul...

Minggu, 21 Agustus 2011

"Gimana persiapanmu, Nak? Apa aja yang belum ada? Bunda bantu ya?" Bunda mencoba menyumbangkan tenaganya untuk membantuku memasukkan barang-barang apa saja yang akan aku masukkan ke dalam tas.

"Nggak usah, Bun. Tiya kan cuma mau berlibur di Jogja aja, tempat dimana Tiya menuntut ilmu. Lagian Tiya kan udah biasa bolak-balik dari rumah ke Jogja. Ya cuma itu-itu aja kok yang dibawa," aku mencoba menolak.

Bunda tersenyum. "Iya Bunda tau, tapi kan nggak ada salahnya Bunda ikut membantu. Lagian, kamu ini aneh. Yang lain liburan dirumah, kok kamu malah pengen ke Jogja."

"Ya kan Tiya kesana juga ada temennya, sama Sasa. Dia pengen banget berlibur ke Jogja, nggak ada salahnya kan Tiya nganterin? Lagian Tiya udah pengalaman soal Jogja. Bunda tenang aja ya." Aku membujuk.

"Ya sudah, pokoknya selalu berdoa dan tetap hati-hati."

"Sip!"

Pada siang hari aku memulai perjalanan. Setelah menjemput Sasa, kami segera menuju kota yang terkenal dengan julukan kota pelajar dan kota budaya ini. Kami hanya naik motor berdua. Jarak rumah menuju Jogja lebih kurang 5 hingga 6 jam. Aku lebih memilih naik motor daripada harus naik bis atau transportasi umum lainnya. Menurutku, naik motor akan membuat kami lebih menikmati pemandangan. Namanya berlibur, tidak akan menyenangkan ketika kita bergantung pada transportasi umum. Sepanjang perjalanan kami tidak berhenti sejenak untuk beristirahat, kami pikir lebih cepat sampai Jogja akan lebih baik.

Tak terasa waktu berjalan cepat (entah hanya aku yang merasakan atau Sasa juga) hingga kami memasuki kota Solo pukul 5 sore. Aku yang dari rumah tadi memegang kemudi masih merasa nyaman untuk mengendarai. Hingga sebuah motor berusaha mendahuluiku lewat jalur kiri dan tiba-tiba berbelok ke kanan, menyeberang  jalan. Aku yang terkejut dengan kondisi itu langsung banting setir ke kanan dengan maksud agar tidak terjadi tubrukan di antara kami. Ah sayangnya motor kami terlalu berhimpitan sehingga aku terpental jauh dari motor. Sekilas aku mendengar Sasa menjerit hingga beberapa detik aku merasa segalanya gelap.

"Tiya, kamu nggak apa-apa? Tiya, Tiya? Kamu dengar aku?" Sasa terus memanggil namaku dan menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku buka mataku. Aku tidak pingsan. Aku hanya merasa berat membuka mata selama beberapa detik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline