Di sudut desa terpencil yang sunyi, rumah tua di tepi hutan menjadi pembicaraan warga. Rumah itu milik keluarga tua yang telah lama meninggal dalam tragedi kebakaran. Desas-desus mengatakan, arwah mereka masih bergentayangan.
Malam itu, Erika dan Karim, pasangan pengantin muda yang sedang berlibur, tersesat saat mencari jalan pulang. GPS mereka takberfungsi, dan hujan deras menambah suasana mencekam.
"Kita tunggu di rumah tua itu, setidaknya ada tempat berteduh," usul Karim sambil menunjuk bangunan tua. Gelap, hitam, sunyi.
Ketika mereka masuk, hawa dingin langsung menyergap. Bau kayu basah bercampur abu menyelimuti ruangan. Erika merasa taknyaman. Namun, Karim meyakinkannya bahwa itu hanya sementara.
"Besok pagi, kita cari bantuan," katanya.
Malam semakin larut, dan Erika takbisa memejamkan mata. Di luar, suara ranting patah terdengar seperti langkah kaki.
"Sayang, kamu dengar itu?" bisik Erika.
Karim mengangkat bahu, mencoba mengabaikannya. Namun, suara itu semakin mendekat.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan sendirinya. Karim menangkap bayangan samar seorang perempuan berdiri di ambang pintu. Wajahnya kabur, tetapi tatapan matanya kosong.
"Pergi ... atau kalian akan menjadi bagian dari kami." Suara perempuan itu terdengar seperti bisikan seribu nyamuk.