Lihat ke Halaman Asli

Rati Kumari

An Author A Writerpreneur

Jalatunda - Kumpulkan Energi Positif, Wujudkan Impian yang Tertunda

Diperbarui: 22 Oktober 2023   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Pada tanggal 14 Oktober 2023 komunitas literasi Elang Nuswantara menggelar acara Parade Peluncuran 6 Buku Elang Nuswantara di Perpustakaan Nasional RI di bilangan Medan Merdeka Selatan, Jakarta. Salah satu pertunjukan yang tampil pada acara tersebut adalah tari jaipong berjudul JALATUNDA. Tarian ini dipersembahkan oleh Maulidini Rizki Aulia. Tarian yang berasal dari daerah Jawa Barat tersebut sebenarnya biasa dipentaskan secara berkelompok, tetapi bisa juga ditarikan secara tunggal atau sendiri seperti pada acara di hari itu.

Jalatunda terdiri dari dua kata. Jala adalah jaring, sedangkan tunda berarti belum terlaksana. Maknanya, agar kita menepis segala hambatan, mengumpulkan energi positif, dan mewujudkan impian yang tertunda sekian lama.

Penari menggunakan kostum yang cerah dan berwarna-warni. Di kepalanya terdapat hiasan kepala yang khas. Gerakan tarian tersebut lincah dan energik. Gerakan atraktif  melompat-lompat dan berputar-putar dilakukan dengan ritme yang cepat. Hal itu menunjukkan semangat kegembiraan dan keceriaan. Gerakan lainnya seperti berguling, dan gerakan tangan yang dinamis. 

Tak ayal penonton pun seperti terbius menyaksikan dan menjadi bersemangat karena alunan irama rancak musik pengiring. Tarian Jalatunda merupakan bagian yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat Sunda. Tarian ini terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi.

Courtesy: Elang Nuswantara 

Tarian ini berakar dari tarian Jaipong. Tarian jaipong diciptakan oleh seniman berdarah Sunda bernama Gugum Gumbira dan Haji Suanda, tak hanya sebagai identitas kesenian daerah Jawa Barat, tetapi juga merupakan bagian dari kekayaan Nuswantara, budaya di Indonesia. Tarian Jaipong ini disebut pula sebagai representasi perempuan Sunda yang energik, ramah, pantang menyerah, bertanggung jawab, berani, lincah, genit, namun santun. 

Tak sekadar hiburan, tari Jaipong merupakan sarana komunikasi antarmanusia. Dikatakan demikian karena hadir dan berjumpanya para penonton pada pertunjukan tersebut membuat mereka dapat bertukar informasi dengan mudah.

Terdapat 4 perlengkapan utama yang dikenakan dalam tarian penggabungan dari beberapa kesenian tradisonal seperti Ketuk Tilu, Pencak Silat, dan Wayang Golek ini. Yang pertama adalah SAMPUR. Sampur adalah selendang yang diikatkan pada pinggang, atau digantungkan di leher. Tari Jaipong banyak melibatkan gerakan dengan sampur. 

Berikutnya, APOK. Ini adalah nama baju atasan penari Jaipong dengan model seperti kebaya tradisional pada umumnya. Apok dilengkapi kancing. Hiasan bordir berbentuk bunga terdapat di sudut-sudut pakaian tersebut. Apok berwarna terang, seperti merah, kuning, atau biru muda. Yang ketiga adalah SINJANG. Kain bawahan dari Apok ini berbentuk kain serupa celana dengan corak beragam, diikatkan di pinggang hingga kaki. Yang terakhir dan tak kalah penting yaitu HIASAN KEPALA. Penunjang penampilan para penari. Motifnya beragam, disematkan di rambut penari wanita yang ditata dalam bentuk sanggul.

Semoga melalui tarian ini, budaya dan tradisi Sunda terus dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline