Lihat ke Halaman Asli

Ratih Purnamasari

TERVERIFIKASI

Tata Kota

Cerita Pagi: Telur Ceplok Badrun

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13895807431019214058

Rumah khas betawi milik keluarga bapak Ramli Nasir nampak lengang, hanya suara-suara riuh induk ayam yang sesekali mengeluarkan suara berisik. Setiap pukul 08.00 pagi Pak Ramli berangkat ke sawah, menggarap sawah tiga petak miliknya.

Ibu Rukinah berangkat ke pasar ketika suami dan anaknya Badrun meninggalkan rumah. Anaknya Badrun, anak satu-satunya berangkat ke sekolah pukul 06.15, jarak sekolah dan rumah Pak Ramli bisa ditempuh sekitar 10 menit dengan berjalan kaki.

Pagi itu Badrun kembali berulah. “Mak, Badrun minta telor ceploknya lima ya, nasinya dibanyakin mak”. Badrun masih mengunyah pisang goreng dimulutnya sambil menonton tv. Ibu Rukinah masih bingung dengan permintaan Badrun, sudah seminggu ini Badrun meminta lima telur ceplok setiap pagi.

“Banyak amat telurnya Run, emang mau dihabisin semua?”.

“Iya mak, buatin aja telornya, ini Badrun udah mau berangkat, nanti telat”.

“Ni anak ngomongnya enteng benar ya, emang lu pikir minyak goreng murah?” Mak Rukinan mengomel dalam hati.

“Ya sudah, ini sarapannya, lima telor ceplok nasi dua kobokan, belajar yang bener Run”.

“Makasih mak”, Badrun belajarnya rajin kok, hehehe”.

Mak Rukinah tersenyum melihat tingkah anak satu-satunya itu, sekalipun kadang membuat Mak Rukinah dongkol, pada dasarnya Badrun anak yang penurut sama orang tuanya.

“Pak, si Badrun minta lima telor ceplok terus tiap ke sekolah, padahal persediaan telur buat sarapannya Badrun kan bisa buat dua minggu, lha ini cuma dua hari, telor ceploknya Badrun udah ludes”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline