Lihat ke Halaman Asli

Ratih Purnamasari

TERVERIFIKASI

Tata Kota

Lompatan Jauh Tata Kota Singapura

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1390585372559208750

Perjalanan dari Malaysia melalaui Johor menuju Singapura membuat saya seakan tidak percaya dengan apa yang saya saksikan. Tiba di imigrasi perbatasan Malaysia-Singapura sekitar pukul 04.30 subuh. Di depan bis yang saya tumpangi sudah berjejer dua bis lainnya. Kejadian yang membuat saya terheran-heran adalah penumpang bus itu sebagian besar anak sekolah.

Beberapa anak sekolah dan rombongan pekerja lainnya berlomba turun dari bis, bahkan setengah berlari menuju loket pemeriksaan. Mengapa mereka harus berlari-lari seperti itu, tidak bisakah berjalan saja? saya bertanya-tanya sendiri. Sementara saya dan rombongan lainnya cukup santai waktu itu.

Melalui informasi travel guide, saya akhirnya diberi tahu bahwa anak sekolah itu adalah warga Malaysia yang bersekolah di Singapura. Mereka harus berangkat lebih cepat karena mereka akan melalui dua pintu imigrasi, perbatasan di Malaysia dan imigrasi yang ada di Singapura.

Antrian di bagian imigrasi ini terhitung sangat panjang, karena anak sekolah tersebut harus berebutan antrian juga dengan para buruh tenaga kerja. Mereka berangkat pukul berapa ya dari rumah?, saya masih dibuat kagum dan setengah tidak percaya dengan kejadian itu. Saya malu, kalau mengingat masa SMA, kejadian ini seperti tamparan keras bagi saya.

Ternyata di tempat lain ada anak-anak muda yang begitu gigih memperjuangkan cita-citanya. Anak-anak tersebut tidak dilemahkan semangat belajarnya oleh jarak sekolah. Sementara kita mungkin masih asik memeluk guling pada pukul 05.00 subuh, anak-anak perbatasan ini sudah berlari menyeberang perbatasan.

Mental anak-anak ini terlatih sebagai mental pejuang pengetahuan, cukup tangguh berjuang di pagi buta. Mungkin perjuangan mereka adalah sepasang kisah perjuangan anak-anak Indonesia yang harus melintasi sungai untuk sampai ke sekolah karena infrastruktur jalan yang tak kunjung dibenahi.

Selepas melewati perbatasan Johor – Singapura, saya kemudian mulai memasuki kota Singapura. Ini adalah perjalanan saya pertama kali ke luar negeri, dan jujur saja saya merasa agak linglung waktu itu. Saya kembali dibuat kagum dengan kota Singapura,  saya merasa seperti berada di miniatur kota.

[caption id="attachment_318000" align="aligncenter" width="467" caption="Taman kotanya sangat bersih"][/caption]

Sepanjang perjalanan saya melihat banyak taman-taman dan RTH, jembatan penyeberangannya juga di penuhi tanaman-tanaman. Green Infrastructure, adalah infrastruktur hijau yang dikembangkan di daerah perkotaan. Tujuannya untuk mengembangkan jaringan hijau pada jalan air (waterway), green park (taman hijau), sebagai bagian dari kegiatan konservasi dalam satu wilayah kota.

[caption id="attachment_317997" align="aligncenter" width="441" caption="salah satu jembatan penyeberangan di Singapura, jembatan ini dikelilingi tanaman"]

139058514247386187

[/caption] [caption id="attachment_317998" align="aligncenter" width="467" caption="pedestrian untuk pejalan kaki"]

13905852111389668857

[/caption]

Pembangunan kota di Singapura memperhatikan betul semua aspek lingkungan, sehingga kota ini menjadi salah satu sepuluh kota terbaik di dunia. Tata kelola air dan konservasi di kota Singapura bermanfaat banyak bagi masyarakatnya. Di ruang publiknya bahkan menyediakan air keran yang bisa diminum langsung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline