Lihat ke Halaman Asli

Ratih Purnamasari

TERVERIFIKASI

Tata Kota

Dinding-dinding Cilliwung

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kurampungkan Do’a malam ini

berharap mimipi tak segera usai

Ku takut esok hari kembali

Arus-arus sungai menghempas rumah ini

Peluh di udara membangunkanku

Getar dinding ini menggetarkan badanku

Jariku menari, menggapai dinding pintu

Jauh, terasa jauh kugapai pintu itu

Sayup-sayup kudengar suara anakku

Bicalaralah nak, ayah tidak mendengar suaramu

Jangan ragu anakku, kencangkan suaramu

Wakil kita di “Subroto” butuh tangisanmu

Ayah, ayah, air,air,air itu membawaku..

Anakku..oh Tolong jangan bawa anakku

Ternyata aku tidak bermimpi, Ciliwung marah padaku

Stop! hentikan ini Tuhan, selamatkan anakku

Aku mengacau dalam mimpi

Ciliwung menyiksa kami

Tak bosankah Engkau Tuhan?

Selalu menguji hidupku yang hina ini

Dendam membara semakin memenuhi dadaku

Dimana Tuhanku, anakku ditimang air Ciliwung

Tak ada yang menolongku malam ini

Aku sedih, Aku miskin, Aku kecewa

Ciliwung merobohkan surga kami

Bertahanlah anakku, segera kita berjumpa di hilir

Esok tinggal menagih janji wakil dari “Subroto”

Sebelum ditendang ke langit Tuhan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline