Lihat ke Halaman Asli

Pembubaran JI dan Harapan Indonesia Damai

Diperbarui: 13 Juli 2024   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jw marriot - cnn indonesia

Banyak orang yang menganggap kecil beberapa Badan Pemerintah yang bertugas untuk menangani radikalisasi di Indonesia. KIta bisa menyebut di sini adalah Detasemen Khusus 88 yang berperan dalam penindakan radikal dan terorisme dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) yang juga berkecimpung dunia radikalisme, namun lebih menekankan aspek pencegahannya.

Densus 88 antiteror sering dianggap kecolongan jika sebuah bom meledak. Kita ingat bom Surabaya yang dahsyat, disertai dengan geger karena ternyata dilakukan oleh satu keluarga dan berlangsung di Surabaya, tentu kita semua kaget. Karena surabaya dikenal sebagai kota yang egaliter dengan suasana yang guyup. Berbagai pihak menuding bahwa kelemahan Densus 88 yang tidak bisa mengendus rencana teror sebesar itu. Mereka juga menuding bahwa BNPT seakan tidak ada tajinya.

Sekarang saat belasan tokoh Jamaah Islamiyah menyatakan membubarkan diri dan fokus pada pendidikan dan dahkwah, dua institusi pemerintah itu mendapat pujian setinggi langit. Hijrahnya mereka bersamaan dengan tahun baru Islam  tentu membuat kita gembira karena setidaknya bisa menjamin suasana Indonesia damai selama beberapa waktu

Tapi sampai kapan?

Tidak ada yang bisa menjaminnya. Setidaknya JI sudah merasa kesulitan untuk meneruskan cita-cita mereka yang sejalan dengan Negara Islam Indonesia (NII) yang disebut juga dengan Darul Islam (DI) yang diinisiasi oleh seorang tokoh Islam yaitu Kartosuwiryo di Tasikmalaya Jawa Barat. Mereka ingin menjadikan Indonesia yang baru saja merdeka untuk menjadi negara Islam. Hal yang sama dengan JI , namun Ji mengambil jalur ekstrem yaitu jihad yang menghalalkan kekerasan.

Cita-cita itu juga dimiliki oleh JamaahAnsharut Daulah, sebuah organisasi yang mirip JI dan bercita-cita sama . Mereka juga menghalalkan jalan kekerasan untuk mencapai apa yang diinginkan. Pemimpimpinnya yaitu Aman Abdurahman beberapa kali masuk penjara karena bom rakitan, keterlibatannya pada latihan militer di Aceh dan terakhir adalah bom di jalan Thamrin Jakarta. Pemimpin JAD yang juga disebut sebagai bapak Takfiri Indonesia ini memang dikenal sebagai kerteramental keras dan teguh. Begitu juga para pengikutnya yang sampai saat ini masih belum menyarakan membubarkan diri.

Inilah pekerjaan rumah kita semua. Kita tentu menginginkan Indonesia damai , lepas dari peristiwa kekerasan yang merenggut nyawa orang tak bersalah. Juga kekerasan yang membuat citra negara kita buruk. Semoga langkah JI benar-benar keluar dari hati dan benar-benar mengakhiri tindakan kekerasan yang sering mereka lakukan. Semoga JAD juga mengikuti langkah JI untuk membuabarkan diri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline