Lihat ke Halaman Asli

Menanamkan Spirit Nasionalisme dan Agama dalam Pembangunan Karakter

Diperbarui: 22 Mei 2022   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Damai - jalandamai.org

Siapa yang tak tahu King Faaz Arafiq, anak pertama dari Fairuz Arafiq yang saat ini sedang tren di media sosial. Paras tampan dan akhlaknya yang santun mencuri banyak perhatian netizen. Apalagi saat King Faaz melantunkan ayat-ayat Al Qur'an dengan suara merdunya. Netizen dibuat baper kala anak berusia 10 tahun itu mengekspresikan rasa hormat dan sayangnya kepada kedua orang tuanya. Sangat menyejukkan pandangan mata melihat perpaduan akhlak yang baik dibalut paras tampan nan rupawan.

Sebagai salah satu generasi anak bangsa, King Faaz dapat menjadi role model keberhasilan peran orang tua. Tentunya masih banyak diluar sana yang tak kalah berhasilnya, dalam mendidik putra-putri mereka. Namun sebagai figur yang dikenal khalayak dan mempunyai banyak penggemar, kita dapat dengan mudah menangkap visualnya sebagai contoh. 

Setiap muslim memiliki tanggung jawab terhadap Allah Sang Maha Pencipta, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara, dan juga tanggung jawab terhadap alam. Hal yang paling utama menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah persatuan. Persatuan sendiri merupakan gabungan beberapa hal yang berbeda seperti perbedaan agama, ras, budaya, dan hal-hal lainnya bersatu dalam suatu wadah, dalam konteks ini ialah negara. Di dalam Al-Quran diperintahkan bahwa seorang muslim harus menjaga persatuan karena pada hakikatnya manusia adalah umat yang satu.

Untuk mewujudkan generasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan (tidak mementingkan diri sendiri, suka berbagi, menghormati sesama, menghormati perbedaan, menebarkan kasih sayang, perhatian, dan memiliki karakter yang kuat) dibutuhkan peran orang tua untuk memberikan tauladan yang baik dan mendidiknya dengan akhlakul karimah.

Contoh diatas merupakan bentuk dari karakter kita sebagai orang Indonesia, yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal dan spiritual. Pola didik orang tua terhadap anaknya, harus juga mengajarkan tentang nilai-nilai kebangsaan, seperti yang telah dicontohkan oleh para pendahulu. Spirit nasionalisme ini penting, agar anak tidak tumbuh menjadi generasi pembenci, generasi yang suka mencari kesalahan orang lain. Karena saat ini marak sekali kita lihat anak muda yang menebar kebencian, hanya karena persoalan sederhana.

Dengan menanamkan nilai keagamaan, kearifan lokal dan kebangsaan yang benar, maka generasi penerus akan mempunyai fondasi yang kuat. Sehingga generasi penerus punya filter, yang bisa memilih dan memilah setiap informasi yang mereka serap. Hal ini penting agar provokasi, berita bohong dan ujaran kebencian yang saat ini masif di media sosial, tidak mereka maknai sebagai sebuah kebenaran.

Karakter kuat King Faaz seperti saya sebutkan diatas merupakan manivestasi dari didikan kedua orang tua. Fondasi yang kokoh tersebut diharapkan dapat menjadi benteng kelak ketika berhadapan dengan orang-orang yang intoleran, radikal, ekstrem, dan lain sebagainya yang tidak sesuai dengan apa yang didapat dari ajaran kedua orang tua. Dengan bekal apa yang ditanamkan orang tuanya, kelak King Faaz menjadi agen perubahan yang menebarkan cinta kasih kepada sesama dan tidak akan kompromi ketika melihat ketidakadilan yang terjadi, tentunya dengan mengedepankan akhlak dan adab yang santun. Ketika kebanyakan orang menganggap good looking is everything, King Faaz membuktikan bahwa "Good akhlak dan good iman tiada tanding,"    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline