Lihat ke Halaman Asli

Simpati Bukan dari Ujaran Kebencian

Diperbarui: 14 Januari 2022   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

geotimes.id

Dalam banyak kesempatan, tokoh Islam moderat Indonesia Prof  Quraish Shihab menghimbau agar para Dai dan Mubaligh menunjukkan wajah Islam yang ramah dan toleran kepada umat lain. Lebih spesifik lagi, cendekiawan muslim itu meminta agar mereka tidak menyampaikan ujaran kebencian kepada umat melalui ceramah-ceramahnya.

Beliau menyampaikan bahwa seyogyanya Islam dan Tuhan yang dipercayai oleh umat muslim diwujudkan dengan dakwah yang ramah dan simpatik. Beliau mengharapkan  para dai dan mubaligh mengurangi bahkan menghindari cara-cara atau ujaran yang menimbulkan simpati orang baik umat beragama lain dan umat Islam itu sendiri.  Umat yang seagama maupun yang berbeda akan menjauh dari Islam.

Fenomena ini memang kita alami, tidak hanya ceramah yang bersifat offair tapi juga onair, baik di televisi maupun di media sosial. Saat pilkada Jakarta misalnya. Makian dan ujaran kebencian dilakukan oleh banyak da'i dan mubaligh soal salah satu calon yang maju dalam ceramah-ceramah pada hari Jumat. Hal itu bukan hanya menimbulkan antipati bagi umat lain tapui juga sebagian umat islam sendiri yang merasa tidak setuju dengan cara para dai itu menyampaikan ceramahnya; bukan soal akan memilih A atau B.

Beliau dalam banyak kesempatan juga mengingatkan bahwa nabi Muhammad sendiri tidak pernah memaki dalam menyampaikan agama Islam, sekalipun berbeda pendapat dengan pihak lain. Situasi yang dihadapi nabi bahkan lebih sulit dibanding sekarang karena tidak ada aturan aturan formal yang mengatur kehidupan bersama dengan pihak lain yang berbeda. Termasuk suku-suku dan pemeluk agama lain saat Islam baru menyebar disekitar Makkah.

Kontestasi politik sudah lewat namun sebagian dai masih saja melakukan ujaran kebencian kepada pihak-pihak yang mungkin dia tidak suka. Kita cermati kasus ulama Bahar bin Smith yang menyinggung soal KASAD , Jenderal Dudung Abdurrahman. Dalam ceramahnya dia menyebut bahwa KASAD hanya mampu menurunkan baliho menggunakan tank dll (alutista) padahal menurutnya alutista itu harusnya digunakan saat perang. Sebelumnya juga dia menuding bahwa presiden republik Indonesia, Joko widodo adalah kader PDIP yang berkhianat terhadap bangsa dan negara. Ceramah-ceramah ulama itu menurut pihak kepolisian, ditengarai ada penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian yang tidak berdasar.

Untuk itu mungkin perlu kita cermati teguran dan nasihat dari Prof Qurish Shihab di atas. Dai dan mubaligh sebagai sosok penting dalam memperkuat dan menyebarkan agama Islam seharusnya bisa menjadi panutan bagi umat Islam sendiri.

Sehingga umat lain juga bersimpati pada Islam itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline