Lihat ke Halaman Asli

Perbedaan adalah Penguat Bangsa Melawan Radikalisme

Diperbarui: 13 Maret 2018   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta akhirnya secara resmi mencabut ketentuan soal pendataan mahasiswa yang memakai cadar per 10 Maret 2018. Kebijakan ini memang sempat menuai berbagai kontroversi.

Keputusan ini memang dilematis, mengingat banyak sekali sekolah, universitas dan perguruan tinggi yang terindikasi radikalisme. Umumnya mereka berkembang di kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekskul itulah yang memberi warna faham radikalisme pada anak-anak sekolah dan mahasiswa. Beberapa penelitian menunjukkan itu.

Selain itu juga makin sering ditemui para mahasiswa itu ikut dalam ormas Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) yang jelas menentang Pancasila. Organisasi kemasyarakatan itu sudah resmi dilarang oleh Pemerintah Indoensia. Bendera HTI pernah berseliweran di kampus UNI Sunan Kalijaga , dilakukan oleh orang yang tak bertanggungjawab ketika kontroversi cadar itu berlangsung.

Menurut Komisioner Komnas Perempuan Masruchah, aturan soal larangan cadar dan pemberantasan radikalisme atau fundamentalisme di kampus adalah dua hal yang terpisah.

"Memang dengan fenomena radikalisme dan ekstremisme yang luar biasa, kekhawatiran pasti terjadi di berbagai perguruan tinggi, (ketika ada) orang-orang yang menggunakan cadar, masuk ke situ, dianggaplah mereka komunitas yang fundamentalis, padahal saya kira teman-teman yang pluralis, yang memilih untuk menutup bajunya dengan cadar juga banyak. Coba saja kita lihat teman-teman komunitas Bahai dan lainnya kan memilih menggunakan cadar, itu pilihan-pilihan," kata Masruchah.

Tapi setiap orang atau pihak di Indonesia yang sadar atas bahaya radikalisme di Indoensia memang tetap harus waspada atas kemungkinan-kemungkinan faham radikal yang mungkin masuk ke Indonesia. Cara UIN mungkin dikeluarkan di situasi yang kurang tepat. Tapi hal yang harus kita perhatikan dalam konsteks persoalan ini adalah bagaimana satu universitas aware terhadap bahaya radikalisme.

Masing-masing orang atau pihak mungkin punya  cara berbeda soal aware soal radikalisme ini. Terpenting bagi kita adalah sebenarnya kita harus selalu ingat bahwa perbedaan adalah penguat dan dasar bangsa kita. Dasar negara kita bukan satu agama tetapi Pancasila yang mengandung keberagaman.

Karena bangsa ini dibangun karena perbedaan suku agama ras dan lain sebagainya. Cadar mungkin hal berbeda dengan kita selama ini, namun jangan sampai pemakai cadar tidak menghargai juga perbedaan bangsa kita dan Pancasila yang terbukti merupakan penguat bangsa kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline