Cut Nyak Dien adalah seorang pejuang wanita dari Aceh yang berjuang untuk melawan dan mengusir penjajah pada saat Perang Aceh. Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Aceh pada tahun 1848. Ia dilahirkan dari keluarga bangsawan yang sangat taat beragama di Aceh besar. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia dan ibunya bernama Putri Uleebalang Lampagan. Cut Nyak Dien memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.
Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Cik Ibrahim Lamanaga pada usia 12 tahun. Cut Nyak Dien sangat patuh dan selalu memberikan semangat kepada suaminya ketika hendak pergi berperang melawan Belanda. Dari situlah semangatnya Cut Nyak Dien mulai membara dan mulailah tumbuh suatu benih perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.
Pada saat berperang melawan Belanda suaminya yaitu Teuku Cik Ibrahim tewas tertembak di medan perang. Setelah itu Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar dan posisi Teuku Cik Ibrahim digantikan oleh Teuku Umar. Cut Nyak Dien pun ingin membalaskan dendamnya kepada Belanda karena sudah membunuh suaminya. Akhirnya, Cut Nyak Dien menyerukan semangat juang rakyat Aceh untuk melawan Belanda.
Pada tanggal 11 februari 1899. Teuku Umar gugur dalam medan perang karena tertembak oleh Belanda. Dengan semangat yang berkobar dengan jiwa yang tidak putus asa Cut Nyak Dien pun terus melanjutkan perjuangannya melawan Belanda. Tetapi, lambat laun Cut Nyak Dien pun berhasil ditaklukan dan ditahan oleh Belanda. Banyak rakyat Aceh yang selalu mengunjunginya.
Nilai - nilai yang bisa diambil dari tokoh Cut Nyak Dien adalah memiliki nilai semangat juang yang tinggi, pantang menyerah,rela berkorban, lebih mementingkan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi. Tokoh Cut Nyak Dien juga membuktikan bahwa seorang wanita juga bisa menjadi seorang yang tangguh, kuat, tegas, dan bijaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H