Lihat ke Halaman Asli

Remaja Milenial Asik Berkelana melalui Analisis Wacana

Diperbarui: 2 April 2024   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Zaman sekarang tidak lepas dari perkembangan remaja. Hal tersebut dibersamai dengan menjalarnya persebaran teknologi informasi. Patutlah muncul rasa ingin tahu suatu hal, salah satunya makna dalam berkomunikasi.

Komunikasi yang mula-mula dilakukan secara lisan, kemudian ditranskrip dalam bentuk tulisan menjadi sebuah wacana yang dapat dianalisis. Wacana tidak mencakup transkrip informasi saja, melainkan hal-hal sederhana. Dimulai dari apa yang kita lihat di sosial media, apa yang kita pelajari ketika menempuh pendidikan, hingga apa yang selalu kita baca, simak, ataupun jumpai dalam kehidupan. Penting dalam diri remaja, terutama didasari keterampilan abad XXI untuk menelusuri suatu wacana, tidak dari satu sisi saja. Menyinggung sedikit mengenai keterampilan abad XXI, terbagi dalam beberapa hal dan kerap disebut dengan istilah 4C.

Perlu pula dikaitkan dengan aspek tekstual dan konseptual apabila hendak melakukan analisis wacana. Melibatkan keterampilan berpikir kritis, misalnya. Seseorang tidak dapat menemukan makna tekstual dan kontekstual apabila tidak didasari dengan pemikiran yang kritis. Mengandalkan pemikiran sepintas yang mana mungkin saja makna tekstual dapat dijumpai, tetapi tidak dengan kontekstual.

Selain berpikir kritis, menganalisis suatu wacana juga memerlukan kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Kreativitas diperlukan seseorang untuk menghasilkan opini yang berkualitas melalui pengembangan pemikiran disertai pemilihan kata yang tepat. Seperti yang kita ketahui bahwa remaja saat ini sangat mampu memanfaatkan sosial media melalui unggahan atau konten yang kreatif dan inovatif. Hal tersebut dapat mendorong perluasan ide para remaja dalam hal mengembangkan suatu wacana baik tekstual maupun kontekstual.

Di sisi lain, diperlukan pula komunikasi dan kolaborasi dari pihak lain sehingga wacana yang dianalisis berkualitas dan mampu membuka maupun mengembangkan wawasan masyarakat, khususnya remaja yang lainnya. Komunikasi dapat berupa kesesuaian antara analisis tekstual kontekstual satu dengan yang lainnya, berguna untuk meminimalisir miss komunikasi. Sedangkan keterampilan kolaborasi dapat diwujudkan dalam pertukaran pikiran maupun pendapat (diskusi) sehingga timbul hasil analisis yang tersusun dari berbagai pemikiran atau pandangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline