Lihat ke Halaman Asli

Ratih Azizah

Mahasiswa

Mega Proyek: Terusan Kra

Diperbarui: 8 Maret 2023   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perekonomian Asia Tenggara saat ini sedang dibuat memanas dengan sebuah rencana kelanjutan pembangunan kanal atau terusan di Thailand. Pembangunan terusan ini dibangun di Genting Kra, Thailand. Terusan ini dinamakan dengan Terusan Kra. Letak posisi Genting Kra ini berdekatan dengan perbatasan Malaysia. Terusan ini akan menghubungkan Laut China Selatan dengan Laut Andaman. Hal ini dikarenakan Genting Kra diapit oleh Laut China Selatan dan Laut Andaman. Terusan ini nantinya diharapkan dapat berjalan seperti Terusan Suez dan Terusan Panama. Terusan Kra akan memangkas beberapa rute perjalanan kapal-kapal yang seharusnya melewati Selat Malaka. Kapal-kapal tersebut nantinya akan berjalan dari Laut Andaman menuju Laut China Selatan tanpa melewati Selat Malaka.

Thailand sudah merencanakan pembangunan Terusan Kra jauh-jauh hari. Bahkan keinginan Thailand membuat jalur baru untuk kapal-kapal perdagangan sudah terpikir sejak ratusan tahun silam. Pada tahun 1677, Raja Thailand Narai mengusulkan pembangunan terusan tersebut. Hal ini memerlukan beberapa penelitian untuk keberhasilan pembangunan. Sebelumnya, pembangunan terusan masih diragukan keberhasilannya. Penelitian dan survey terus dilakukan, namun dalam perjalannya tidak mudah. Isu-isu mengenai terusan tersebut sering kali muncul dan menghilang. Sampai pada akhirnya pada tahun 1870-an, Terusan Suez di Mesir menunjukan keberhasilan pembangunannya. Terusan buatan manusia dinilai layak untuk dipakai sebagai jalur laut.

Penghambatan pengoperasian Terusan Kra sebagian besar adalah karena kelayakannya untuk dipakai manusia. Pada saat Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra menjabat, Terusan Kra telah disetujui atas kelayakannya. Akan tetapi, banyak sipil dan elit yang menilai bahwa Terusan Kra belum siap untuk dioperasikan. Beberapa bagian laut yang dangkal menjadi salah satu penyebabnya. Laut yang dangkal akan membuat kapal susah berjalan melalui jalur tersebut. Terlebih lagi kedalaman laut tidak merata, sehingga ketinggian air menjadi berbeda. Diperkirakan lebar terusan yang bisa dibuat hanyalah 40-50 meter. Hal ini tidak cukup untuk pembangunan terusan yang digadang-gadang akan menjadi terusan seperti di Mesir. Belum lagi biaya yang digunakan akan memakan nominal yang tinggi. Nominal tersebut tidak sebanding dengan hasil yang akan diperoleh. Pasalnya, melihat lebarnya hanya 40-50 meter maka hanya bisa dilewati oleh 1 kapal saja dalam 1 waktu. Terusan membutuhkan cukup banyak waktu membuat kapal berpindah.

Isu pembangunan Terusan Kra kembali muncul setelah adanya pengesahan MoU The China-Thailand Kra Infrastucture Investment and Development dengan Asia Union Grup. Pengesahan tersebut dilakukan pada tanggal 2015. Pengesahan ini kemungkinan akan mendorong Thailand untuk segera mengoperasikan Terusan Kra. Terusan Kra akan memangkas daratan sejauh 102 km. Artinya, Selat Malaka yang terkenal tidak pernah tidur dengan lalu lintas perdagangannya tidak lagi seramai dahulu. Kapal-kapal akan lebih melintasi Terusan Kra dengan alasan efisiensi.

Seperti diketahui, Selat Malaka merupakan jalur kapal yang melewati negara Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Pada saat Terusan Kra beroperasi, maka ketiga negara tersebut akan terdampak. Pasalnya, kapal-kapal perdagangan tidak lagi melewati ketiga negara tersebut. Namun pada kenyataannya, Singapura akan sangat merugi. Belakangan, Singapura sangat diuntungkan dengan kesibukan lalu lintas kapal di Selat Malaka. Hal ini dikarenakan Selat Malaka menjadi penghubung Eropa dan Asia Pasifik. Hal ini membuat Selat Malaka menjadi jalur perdagangan terpadat di dunia. Selat Malaka menjadi jalur angkutan sekurang-kurangnya 11 juta barel minyak per hari melewati selat ini. Minyak tersebut dibawa dari Timur Tengah menuju Asia Timur dan Pasifik.

Keuntungan yang diperoleh Singapura semakin meningkat dan membuat Malaysia tak mau kalah. Malaysia pada tahun 1997 membangun pelabuhan khusus kontainer di Tanjung Pelepas, Johor, untuk mengganggu jalannya Pelabuhan Singapura. Malaysia mencoba untuk bekerja sama dengan Maersk Lines, perusahaan kontainer terbesar di dunia. Tujuannya untuk mengganti hubnya dari Singapura dan beralih menggunakan Tanjung Pelepas. Perusahaan akan sangat diuntungkan dengan kerja sama tersebut. Perusahaan Maersk Lines menyetujui dan mulai mengoperasikan Tanjung Pelepas pada tahun 1999.  

Indonesia sebagai salah satu negara yang terdampak dari peroperasian Terusan Kra. Tak mau kalah jauh dengan negara tetangga, Indonesia juga memiliki langkah-langkah untuk meminimalisir dampak tersebut. Pemerintah Indonesia menjadikan Batam sebagai pesaing Singapura. Namun langkah tersebut tidak cukup berhasil. Belajar dari kesalahan, Indonesia mulai menuyusun strategi seperti yang sudah dilakukan Malaysia. Kegagalan Batam membuat pemerintah Indonesia kini mulai giat membangun Pelabuhan Kuala Tanjung yang diharapkan menjadi pelabuhan hub yang bisa cukup baik untuk bersaing dengan Malaysia.

Seperti diketahui sebelumnya, Terusan Kra merupakan mega proyek yang telah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Sampai saat ini pun terusan ini belum juga diresmikan pengoperasiannya. Mega proyek ini digadang-gadang akan menjadi mega proyek abadi. Klaim bahwa Terusan Kra dapat menghemat waktu perjalanan laut selama 72 jam atau 3 hari tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Banyak pertimbangan yang menilai bahwa proyek ini akan terus menjadi proyek tanpa peresmian dan pengoperasian. Banyak pihak yang pro dan kontra. Mulai dari masyarakat Thailand sendiri dan pemerintah internasional. Memangkas waktu 3 hari saja dinilai tidak cukup untuk membuat kapal-kapal memilih jalur Terusan Kra dari pada melewati Selat Malaka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline