Lihat ke Halaman Asli

Ratih Poetry

Mompreneur

Aneka Bubur yang Menghangatkan dan Penuh Kenangan

Diperbarui: 18 Oktober 2024   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Betapa beruntungnya kita rakyat Indonesia yang memiliki kekayaan kuliner khas dari berbagai daerah di Nusantara ini. Salah satunya bubur yang ternyata banyak macamnya juga memiliki aneka cita rasa khas yang lezat.

Bagi saya pribadi yang sejak kecil besar di Jakarta sudah tentu terlanjur suka dengan bubur ayam Jakarta serta bubur kacang hijau yang dicampur dengan bubur ketan hitam lalu diguyur sedikit santan.

Seingat saya sejak usia Sekolah Dasar saya sering jajan bubur ayam di hari minggu pagi. Bubur ayam yang dijajakan penjualnya dengan menggunakan sepeda keliling komplek perumahan. Bubur ayam tersebut disajikan bersama dengan kecap asin, suwiran ayam, potongan cakwe, irisan daun sledri dan taburan bawang goreng serta krupuk merah, sangat lekat rasanya di benak saya sebagai memori makanan masa kecil.

Sementara dalam beberapa kali sorenya karena ditinggal orang tua kerja saya jadi suka jajan bubur kacang hijau yang dicampur dengan bubur ketan hitam dan santan. Penjual menjajakannya dengan gerobak kecil.

Dan ternyata di suatu hari Minggu saat itu mama libur kerja membuatkan bubur Manado (katanya beliau) yang tak kalah lezatnya. Bubur tersebut dimasak dengan sudah dicampur potongan wortel, pipilan jagung manis, daun bayam serta potongan kecil ubi kuning. Biasanya mama juga bikin sambal tomat untuk dinikmati bersama dengan bubur Manado tersebut.

Jadi bertambahlah macam rekomendasi bubur yang saya suka yaitu bubur Manado buatan mama, selain bubur ayam Jakarta dan bubur kacang hijau yang dicampur dengan bubur ketan hitam serta sedikit santan.

Sekarang ini setelah dewasa dan menjelang usia tua, entah mengapa saat makan 3 macam bubur yang saya suka tersebut jadi merasa terhubung dengan kehangatan masa kecil saya.

Meskipun untuk rasa tidak sama dengan rasa bubur yang saya makan saat masa kecil. Apa karena beda penjualnya atau bukan buatan mama, entahlah mungkin perasaan saya saja yang terlalu berlebihan hehehe...

Sebenarnya saya juga pernah merasakan bubur sambal tumpang dan bubur pindang setiap pulang kampung ke Solo. Baik waktu masih kecil saat mengunjungi embah, maupun setelah dewasa saat mengunjungi saudara-saudara sepupu saya.

Bubur sambal tumpang ya bubur yang disajikan dengan sambal tumpang terdiri dari ulekan tempe semangit dibumbui bawang merah putih dan cabe rawit, merah keriting serta kencur. Sedangkan untuk bubur pindang terdiri dari bubur yang disajikan dengan potongan tahu atau tempe dan telur rebus berkuah kuning. Biasanya kedua macam bubur tersebut sangat gurih, dibungkus dengan daun pisang ada juga yang didobel dengan kertas bungkus nasi coklat.

Kebetulan di tempat saya tinggal sekarang, daerah Parung, Bogor, juga ada penjual bubur ayam keliling yang lumayan enak juga murah harganya sekitar Rp 7000,- per porsi. Bubur disajikan dengan kecap asin, kari kuning, suwiran ayam, kacang kedelai goreng, irisan daun sledri dan taburan bawang goreng serta sedikit krupuk. Selain itu ada juga penjual bubur ayam yang mangkal, dengan isi yang sama ditambah kecap manis dan potongan ati ampela dijual dengan harga Rp 11.000,- per porsi. Rasanya lumayan enak juga karena toping bubur tersebut agak banyak kuantitasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline