Lihat ke Halaman Asli

Ratih Poetry

Mompreneur

Akhir Sebuah Luka

Diperbarui: 17 September 2024   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi beku sepi tak berujung
Menelisik celah muram seraut wajah

Desah nafasnya masih mendamba
Gelap malam seolah enggan beranjak
Masih melayang dibuai purnama putih
Hangat, indah, menyentuh udara

Tapi lidah telah kelu menggertak
Sorot matanya sembap tak peduli

Hatinya terkoyak pisau sekian janji
Yang terus merobek harapan palsu

kosong tak bernyawa

kian pias dimakan usia

Kata kata tercekat pilu di kerongkongan uzur
tak berdaya menolak takdir
Luka yang berakhir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline