Lihat ke Halaman Asli

Bertajuk Perubahan (II)

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

==KEMUDIAN.... DAN SELANJUTNYA ....==

Rafflesia, 13 Maret 2015

“....seperti halnya mereka kami juga melalui masa dimana kami belajar baik dengan kesadaran sendiri maupun terpaksa karena keadaan. Namun hasil akhirnya kami menyebutnya sebuah PERUBAHAN., ***

Ada kala dimana kita akhirnya mengerti keterbatasan mata kita dalam memandang,. Kemudian aku menyadari bahwasanya “ketika akumelihat ketika itu pula aku buta”.

Semulanya Han dan Aca yang turut menjadi penguji kesabaran aku ternyata ada rencana lain pada sisi yang berbeda. Diawali dengan perubahan suasana ketika derai banyu merekah di sudut penglihatan si cantik Aca di

sebuah ruang yang mempertemukan kami sedari jam 8 pagi sebagai ritual harian dengan segala tumpukan kertas dan himpunan elektronik sebagai latar belakangpanoramanya.

Saat pertama kali tiba-tiba Aca menangis didepanku jujur aku terdiam dan bingung karena aku tidak pernah tau seperti apa hidup yang digariskan untuknya. Kemudian saat Aca merangkulku dan melerai tagis dipundakku

membuatku terlarut dalam suasana sepertinya hatiku ikut terenyuh sembari berempati dengannya walau sedikit kaget dan bingung “gerangan apa yang terjadi” (gumamku dalam hati).,

Namun fenomena ini akan terlihat sangat metal #mellowtotal dimata varian manusia yang tak punya hati. Setelah tangisnya mereda aku pandangi matanya., binar matanya sangat jauh dan rapuh., membuatku goyah untuk

bertanya “kenapa?” dan kemudian aku menelan pertanyaan itu karena takut malah menjadikan keadaan tambah tak nyaman., Hari itu berlalu dengan kejanggalan seperti cerita yang endingnya gantung., Namun tumpukan task

di atas meja masing-masing seakan meniupkan terompet pertarungan yang tidak memberi kami kesempatan untuk membagi rasa tak lezat dunia di pundak kami dan menjadikan kami sering abai pada sisi humanis kami. Bukan hal

baru ketika bertarung dengan tumpukan kertas serta untaian prosedur aritmatika yang menguras seluruh fokus kami karena deadline tanpa toleransi dengan imbas punishment bila tidak rampung.,

Yah begitulah keadaan saat itu kejar-kejaran dengan sang waktu. Pada sisi lain kesibukan yang mengikat itu menjadi pengalihan kesedihan dan masalah bagiku seakan menjadi tembok besar yang membuat aku tetap

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline