upnjatim.ac.id Jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat penting setelah gandum dan padi. Hasil produksi tanaman jagung dipengaruhi oleh infeksi dari pathogen. Penyakit bulai pada jagung di Indonesia dari dulu telah menjadi kendala utama produksi jagung, selain itu terjangkitnya pathogen ke tanaman dapat menjadi penghambat pemasukan hasil tanaman di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, antar daerah di Indonesia, maupun keluar wilayah Indonesia. Balai Karantina Kelas I Denpasar merupakan institusi yang melaksanakan Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati. memiliki sasaran program dan indikator kinerja yang meliputi keamanan dari ancaman OPTK/HPHK dan keamanan hayati, peningkatan daya saing Komoditas Pertanian, Balai Karantina Kelas I Denpasar membantu para pelaku usaha pertanian dalam pemenuhan persyaratan teknis, seperti Sanitary and Phytosanitary (SPS) yang dipersyaratkan oleh negara tujuan guna meningkatkan daya saing dan dukungan ekspor komoditas pertanian. Sebelum mendapatkan Sanitary and Phytosanitary (SPS) produk pertanian harus melewati pengujian bahwa produk bebas dari OPTK/HPHK.
Pengujian yang dilakukan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Denpasar salah satunya adalah dengan Preparasi Sporulasi. Sporulasi buatan untuk menghasilkan morfologi utuh cendawan. Proses dari sporulasi yang telah dilakukan dengan menyiapkan sampel yang berasal dari tiga daerah yang berbeda yaitu Padang Galak, Blah Batu, dan Gianyar. Daun tanaman sampel yang diambil adalah daun ketiga dari pucuk yang memperlihatkan adanya gejala bulai yaitu terdapat klorotik (menguning) memanjang sejajar dengan tulang daun. Sporulasi dilakukan dengan terlebih dulu dengan memotong pangkal daun ke tiga dan memotong nya lagi menjadi 3 bagian , kemudian segera dicuci dibawah air mengalir, dengan cara menjepit daun dengan dua jari lalu mengusapnya. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan stomata daun bersih dari kotoran dan propagul cendawan. Selanjutnya daun dikeringkan menggunakan tisu pengesat. Daun yang telah kering dimasukkan ke dalam gelas berisi larutan gula 2% setinggi 1-2 cm dengan posisi pangkal daun berada di dasar gelas. Gelas yang telah berisi daun disungkup menggunakan plastik guna menjaga kelembabannya. Setelah 7 jam daun kemudian dikeluarkan dari gelas. Pangkal daun yang terendam larutan gula terlebih dulu dikeringkan dengan tisu pengesat. kemudian dimasukkan ke kantong plastik. Plastik diletakkan di area terbuka berumput dengan posisi permukaan daun bagian atas menghadap ke atas dan bagian bawah menghadap ke bawah. Daun diinkubasi di udara terbuka selama 7 jam. Selanjutnya konidia (spora) siap dipanen dengan cara mengeluarkan daun dari plastik untuk kemudian diamati bagian permukaan bawah daun.
Pengamatan dilakukan dengan meletakkan daun terinfeksi di atas permukaan lampu, sehingga propagul cendawan terlihat berupa tepung berwarna putih. Propagul cendawan diambil dengan cara merekatkan selotip di atas permukaan daun, kemudian direkatkan pada kaca preparat yang sudah diberi metylen blue. Pengamatan secara morfologi di bawah mikroskop cahaya dilakukan meliputi bentuk dan ukuran konidia, konidiofor, dan sterigmata. Sampel daun jagung pada daerah Blah Batu menunjukan adanya cendawan, sedangkan pada daerah Padang Galak dan Gianyar tidak ditemukan adanya cendawan. Cendawan pada daerah Blah Batu yang telah ditemukan diduga merupakan cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora sorgie.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H