Indonesian Basketball League (IBL) memang telah rampung kurang lebih dua minggu yang lalu. Namun, mengingat keseruan dari setiap pertandingan hingga akhirnya mencapai klimasknya pada gim final membuat tulisan yang mengandung flashback ini tidak ada salahnya untuk diunggah.
Gim final kedua Indonesian Basketball League (IBL) yang digelar di C-tra Arena Bandung pada Sabtu (22/7) lalu merupakan laga pamungkas IBL musim 2023. Prawira Harum Bandung, berhasil keluar sebagai juara baru di musim yang menandai 20 tahun IBL tersebut. Bermain di hadapan publik sendiri, Prawira berhasil mengandaskan perlawanan Pelita Jaya Bakrie Jakarta dengan skor 63-58. Kemenangan tersebut merupakan kemenangan kedua mereka di seri final setelah sebelumnya meraih kemenangan 74-65 pada gim pertama yang digelar di Hall Basket Senayan, Jakarta pada Kamis (20/7) lalu.
Bermain tanpa salah satu pemain asing mereka, Brandone Francis yang terkena ejected akibat akumulasi 1 unsportmanlike foul dan 1 technical foul di gim pertama, para pemain Prawira yang lain berhasil step up dan mematahkan suara miring yang terdengar sepanjang musim reguler bahwa kehebatan tim mereka hanya karena digendong oleh pemain asing. Hal ini dibuktikan oleh hustle yang ditunjukkan semua pemain dalam menjalankan peran mereka di posisinya masing-masing. Memang, semua pemain berhak mendapatkan kredit atas kontribusi yang telah diberikan, namun, rasanya ada beberapa nama yang perlu digarisbawahi. Sebut saja Yudha Saputera, point guard timnas Indonesia yang berhasil mengemas 20 poin, 5 rebound, dan 5 asis, termasuk tembakan 3 poinnya ketika waktu tersisa 24 detik yang membuat Prawira unggul 7 poin sekaligus memupus asa Pelita Jaya untuk mengejar ketertinggalan. Ada juga Hans Abraham, yang meskipun hanya mengemas 6 poin hasil 2 tembakan 3 poin dari 6 percobaan yang menemui sasaran, namun poin yang dicetak berhasil mendatangkan momentum dan semakin menaikkan semangat juang rekan-rekan setimnya. Reza Guntara, kapten Prawira yang juga merupakan Defensive Player of the Year IBL musim ini yang memperoleh 9 rebound serta terbilang sukses dalam meredam pergerakan pemain asing Pelita Jaya, Dominique Sutton. Torehan impresif tersebut merupakan bukti konsistensinya setelah pada gim sebelumnya berhasil menjadi top skor dengan 26 poin dan 7 rebound sekaligus mengantarkan Prawira membungkus kemenangan pada gim pertama di Jakarta. Peran sentral Reza di dua gim tersebut juga menasbihkan dirinya sebagai peraih gelar MVP Final season ini.
Pertandingan ini juga merupakan ajang pembuktian Yudha Saputera, salah satu point guard timnas Indonesia. Berhadapan dengan seniornya di timnas dengan posisi yang sama, Andakara Prastawa. Bermain full quarter selama 40 menit, kala itu Yudha berhasil menempel Prastawa dengan ketat sehingga Prastawa tidak leluasa melakukan tembakan, melakukan drive atau cutting inside dengan baik. Hal tersebut membuat Prastawa hanya berhasil mengemas 10 poin yang terdiri dari 3 tembakan three points dan satu tembakan free throw. Sebaliknya, Prastawa yang bermain selama 30 menit kewalahan dalam mengawal pergerakan Yudha Saputera yang berhasil mengemas field goal percentage 38% (3 dari 7 percobaan 2-poin, 4 dari 11 percobaan 3-poin, dan 2 dari 4 free throw).
Trofi IBL yang dimenangkan di rumah sendiri memang merupakan hadiah yang sepadan atas perjalanan panjang luar biasa yang dijalani Prawira pada musim ini. Ketidakhadiran salah satu pemain andalan mereka, Abraham Damar Grahita sejak awal musim akibat satu dan lain hal berhasil di atasi dengan baik melalui 27 kemenangan dan 3 kekalahan yang ditorehkan Prawira yang sekaligus menjadikan mereka sebagai penghuni peringkat pertama musim reguler. Hal tersebut membuat mereka memperoleh home court advantage sehingga gim kedua dan ketiga (apabila diperlukan) dari sistem best of three pada babak playoff akan dilangsungkan di kandang mereka. Keuntungan tersebut akhirnya mereka eksekusi dengan mantap karena berhasil membungkus kemenangan atas lawan-lawannya pada babak playoff yakni Bumi Borneo Basketball Pontianak, Dewa United Banten, dan Pelita Jaya dengan skor 2-0, tanpa merasakan satu pun kekalahan.
Gelar yang diraih Prawira merupakan hasil dari penantian panjang setelah sebelumnya terakhir kali merasakan gelar juara pada 25 tahun silam tepatnya pada tahun 1998 ketika era Kobatama. Gelar ini juga sekaligus menjadikan Prawira sebagai tim kelima yang berhasil menjuarai liga basket Indonesia di era IBL, bersama Satria Muda Pertamina Jakarta, Pelita Jaya Bakrie Jakarta, CLS Knights Surabaya, dan Aspac Jakarta. Prawira juga berhasil menjadi tim yang memutus dominasi Satria Muda Pertamina yang selalu menjadi juara pada dua musim terakhir meskipun sebenarnya takhta 'pemutus dominasi Satria Muda' akan lebih elok disandang oleh Pelita Jaya yang berhasil menyingkirkan Satria Muda dengan kemenangan 2-0 pada laga semifinal yang digelar sebelumnya. Namun, sekali lagi Prawira berhasil membuktikan bahwa mereka memang layak memperoleh gelar juara IBL melalui keberhasilannya menyapu bersih semua pertemuan dengan Pelita Jaya di musim ini dengan skor 4-0.
Di kubu Prawira sendiri, gelar juara tahun ini tentunya merupakan catatan manis untuk para pemain. Bagi tiga pemain muda Prawira, Fhirdan Guntara, Yudha Saputera, dan Teemo yang merupakan jebolan tim basket Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung, kemenangan tersebut merupakan pengulangan atas kesuksesan yang diraih ketika mengalahkan Universitas Pelita Harapan di final Liga Basket Mahasiswa 2019 lalu yang diperkuat oleh Muhamad Arighi dan Yesaya Saudale, dan Aldy Izzatur yang kini bermain untuk Pelita Jaya. Bedanya kali ini gelar yang diraih lebih prestisius karena merupakan titel juara liga basket profesional Indonesia. Bagi Reza Guntara, Pandu Wiguna, dan Hans Abraham, gelar juara ini merupakan kenangan manis setelah perjalanan panjang yang mereka lalui selama 6 tahun berseragam Prawira.
Kesuksesan Prawira juga tidak dapat dilepaskan dari kehebatan pelatih mereka, David Singleton, pelatih asal Amerika Serikat yang dalam karier basketnya di Indonesia pernah menukangi Pacific Caesar Surabaya, membawa Bima Perkasa Jogja lolos ke babak playoff pada musim 2021, dan mencapai semifinal bersama Prawira Bandung pada musim sebelumnya. Tangan dinginnya dalam meracik strategi, berhasil mengantarkan dirinya merenguh gelar juara IBL pertamanya dan mengukuhkan tim asal kota kembang yang harum menjadi kampiun IBL 2023.
Sekali lagi, selamat Prawira Harum Bandung! Semoga bisa mempertahankan trofinya di musim depan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H