Dinamika politik, perubahan-perubahan yang terjadi, bahkan diskursus politik sendiri tidak pernah ada habisnya dan selalu menjadi perbincangan hangat. Ditengah tahun politik hingga menjelang puncaknya pada 2024, kolisi partai politik mengalami perubahan yang signifikan. Partai Golkar, PAN dan PPP membentuk Koalisi Indonesia Bersatu dalam pertemuan yang diadakan pada 12 Mei 2022. Ada juga Partai Gerindra, PKB dan PBB membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya pada 13 Agustus 2022. Sementara PDI-Perjuangan berkoalisi dengan PSI, dan Perindo.
Perkembangan publik, elektabilitas, peran tokoh politik sektoral dan kepentingan yang mengharuskan terjadinya perubahan signifikan dalam koalisi. Sebut saja Koalisi Indonesia Bersatu, PPP memutuskan bergabung dengan PDI-P pada 23 Maret 2023 dan 13 Agustus 2023 Partai Golkar dan PAN bergabung dengan koalisi Gerindra-PKB. Partai Hanura berlabuh ke PDI-Perjuangan, sementara PSI memilih angkat kaki dari koalisi.
31 Agustus 2023, Nasdem memberikan sinyal kepada PKB untuk mengusung Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden yang akan mendampingi Anis Rasyid Baswedan, walaupun belum ada kesepakatan formal dan resmi dari koalisi. Hal ini memungkinkan bagi Demokrat maupun PKS untuk keluar dari koalisi dan memungkinkan pula bagi PKB bergabung dengan koalisi perubahan. Koalisi Indonesia Maju (sebelumnya koalisi Kebangkitan Indonesia Raya), masih tetap memenuhi ambang batas untuk mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
PKB yang bergabung dengan Nasdem dianggap tepat, mengingat elektabilitas Ridwan Kamil jauh lebih tingga dibandingkan Muhaimin Iskandar. Keluarnya PKB dari koalisi mememberikan angin segar dan peluang besar bagi nama-nama penting di partai koalisi, sebut saja Airlangga Hartanto, Zulkifli Hasan, Erick Thohir dan Ridwan Kamil yang berpotensi mendampingi Prabowo Subianto pada pemilu 2024. Koalisi perubahan dapat berakhir (tidak memenihi syarat pengusungan capres dan cawapres) jika Demokrat dan PKS memilih angkat kaki, walaupun PKS sendiri tidak memiliki figure yang masuk dalam elektabilitas sebagai bacawapres. Sehingga sedikit potensi bagi PKS untuk keluar dari koalisi perubahan. Berbeda dengan Demokrat yang berpotensi besar mengusung Agus Harimurti Yudhoyono sebagai bacawapres mendampingi Anis Bawedan.
PDI-P yang berkoalisis dengan beberapa partai seperti PPP, Hanura dan Perindo, memiliki sosok Sandiaga Uno sebagai bacawapres dengan elektabilitas mumpuni di dalam koalisi. Angka tersebut memberikan peluang besar bagi Sandiaga Uno untuk mendampingi Ganjar Pranowo di 2024 nantinya.
Kendatipun calon presiden menjadi patokan utama, akan tetapi elektabilitas cawapres juga diperhitungkan. Rakyat yang memilih tidak hanya melihat partai pengusung, tetapi sosok yang sedang bertarung, termasuk calon wakil presiden yang di usung koalisi. Calon wakil presiden yang memiliki elektabilitas tinggi dan berada di partai koalisi dengan persaingan bacawapres rendah akan diuntungkan. Sehingga siapapun yang maju sebagai bacawapres akan mencari posisi-posisi menguntungkan baginya dalam koalisi.
sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H