Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Hari Santri di Era Terkini

Diperbarui: 23 Oktober 2019   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gomuslim.co.id

Sejak disahkannya Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2015 oleh Jokowi, Presiden RI ke-7. Kaum santri mendapat apresiasi tinggi dari negara dengan terbitnya Hari Santri tersebut. Berbagai acara, pawai atau apapun jamak dilakukan ketika bertepatan dengan Hari Santri.

Hari Santri tidak hadir begitu saja, ia tidak hadir dalam ruang hampa. Peristiwa besar yang menjadi dasar untuk mengenang perjuangan Santri adalah Resolusi Jihad yang dikumandangkan K.H. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945.

Dengan segenap ikhtiar dan pekikan takbir Kyai Hasyim menyeru kepada semua umat Islam untuk mengusir penjajah yang saat itu adalah sekutu. Pertempuran rakyat pun tak dapat terelakkan. Serangkaian perang Sabil terjadi mulai 26-29 Oktober 1945 sampai meletus pada puncaknya 10 November 1945.

Demikianlah tinta sejarah telah tertulis, namun sejarah bukanlah sekadar hanya dibaca, sebagai insan nan bijak hendaknya mengambil semangat perjuangan para pelaku sejarah. Dalam hal ini adalah para kyai, Ulama, Santri, dan masyarakat sipil yang terlibat.

Betapa nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme tumbuh subur dalam dada anak bangsa saat itu. Mereka mengorbankan segenap jiwa dan raga demi mempertahankan bumi Pertiwi dari cengkeraman para penjajah.

Dalam era saat ini, tentu Perjuangan kita berbeda dengan perjuangan para pendahulu. Kalau dulu mereka berjuang secara fisik dengan bambu runcing, keris, dan senjata tajam lainnya. 

Zaman sekarang kita berjuang bagaimana membangun bangsa agar maju, menuntaskan masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, dan meningkatkan mutu pendidikan. Kalau dahulu kita merebut, sekarang waktunya mempertahankan. Dan mempertahankan tidak semudah sebagaimana merebut.

Inilah pentingnya kita mengingat sebuah momen. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang buta sejarah, Resolusi Jihad 22 Oktober dapat menjadi titik tolak kita bahwa sebagai anak bangsa khususnya kaum santri, ayo bahu-membahu membangun bangsa. Mengisi ruang-ruang untuk berkontribusi bagi negeri, sudahi perdebatan kontra produktif.

Apapun yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa hendaknya sama-sama menahan diri termasuk terpaan badai hoaks yang menyerang dari arah mana saja apalagi di era yang penuh terbuka dengan adanya media sosial dan lain sebagainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline