Lihat ke Halaman Asli

Balada Jembatan Busway Karet

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

130041956437985222

Jembatan busway Karet merupakan lokasi strategis yang berada di persimpangan antara Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Casablanca/Jl KH Mas Mansyur di pusat kota Jakarta. Jalan Jendral Sudirman merupakan nadi utama transportasi Jakarta yang menghubungkan antara Blok M dengan daerah Monas/Kota. Begitu juga Jalan KH Mas Mansyur merupakan urat nadi strategis yang menghubungkan ke Pasar Tanah Abang. Sedangkan Jalan Casablanca merupakan jalan baru yang menjadi alternatif penghubung antara Jalan Sudirman dan Jl HR Rasuna Said, sekaligus membuka daerah tersebut sebagai lahan eksklusif dengan hunian dan kantor kedutaan asing serta hotel-hotel eksklusif. Halte Busway Karet merupakan tempat hentian busway yang strategis karena menjadi tumpuan kaum metropolitan Jakarta yang masih mengandalkan transportasi umum. Halte Busway Karet dihubungkan oleh jembatan dari arah Jalan KH Mas Mansyur di bagian utara dan Jl Casablanca (Jl Prof Dr Satrio) di selatan. Sehingga halte busway Karet merupakan kolektor bagi penumpang-penumpang busway dari arah Tanah Abang, Casablanca, mau pun dari perkantoran di sekitar Jl Jendral Sudirman. Kehidupan jembatan busway Karet dimulai dari sekitar pukul 6 pagi, di mana sudah ada aktivitas beberapa pejalan kaki dan pesepeda yang melakukan B2W (Bike To Work) alias gowes sepeda untuk pergi ke kantor. Selain pengguna jembatan tersebut, jembatan busway Karet juga menjadi tumpuan hidup bagi pekerja sektor informal. Yang paling rajin mangkal di jembatan busway Karet justru adalah pengemis. Sekitar pukul 5.30 atau pukul 6.00 pagi, mereka sudah bersiap di lapak masing-masing. Selain pengemis, di halte busway pada pagi hari juga sudah siap penerima sumbangan. Mereka bermodalkan selebaran dalam amplop yang dibagikan pada pejalan yang lewat. Ternyata kredo para pengemis untuk bertahan hidup juga cukup unik, karena justru mereka rajin (dalam artian selalu mencoba untuk siap di awal waktu) untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengemis. Selain pengemis, sekitar pukul 6 pagi, para pengusaha ojek pun sudah mulai bersiap di lokasi masing-masing, yaitu tepatnya di ujung jembatan busway, terutama di arah Jl Prof Dr Satrio (Casablanca). Sehingga bagi pejalan kaki dapat langsung dilayani oleh pengusaha ojek untuk sampai ke tujuan masing-masing. Sekitar pukul 6 pagi lewat, para pedagang kaki lima mulai bersiap menghamparkan dagangannya di jembatan busway Karet. Pedagang paling awal biasanya adalah ibu-ibu penjual jajanan pasar. Kemudian disusul oleh pedagang aksesoris, seperti sisir, jepit rambut dan sebagainya. Tidak lama kemudian akan diikuti oleh pedagang CD/DVD. Jadi, meski pun banyak dilakukan operasi untuk melarang penjualan CD/DVD bajakan, tetapi CD/DVD bajakan tersebut masih bisa dijual oleh pedagang kaki lima. Artinya juga, kita warga Jakarta masih bisa mendapatkan CD/DVD bajakan asal rajin lewat daerah yang banyak dilanggani oleh pedagang kaki lima seperti Jembatan Busway Karet ini. Begitulah balada jembatan busway Karet di pagi hari, tempat strategis yang masih menjadi tumpuan warga masyarakat pinggiran untuk mengais sesuap rezeki. Saya tidak tahu, apakah fenomena pedagang kecil dan kakilima ini masih dapat terus bertahan ataukan akan segera hilang dibersihkan oleh Pemda DKI.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline