Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Cahaya Senja di Sepasang Bola Matamu

Diperbarui: 20 Juli 2018   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi

Kala itu cahaya senja telah menggerayangi wajahnya. Sepasang mata yang kecoklatan menangkap landscape cahaya orange yang di luapkan oleh sang matahari. Tak lama setelah itu ia pejamkan matanya yang indah , setiap ujung bibir titpis nya sengaja ia tarik ke atas, seoalah ia persembahkan senyuman termanis kepada sang matahari.

Di tepi pantai ia bersimpuh, jemarinya meraba raba pasir pantai. Tangannya yang satu lagi sedang mendekap dadanya sembari menahan jilbabnya yang di hembuskan oleh angin pantai. Ali- alih mengaku pencinta senja, sering kali ia disibukkan rutinitasnya di kantor. 

Di tempat kerja, disebuah gedung nan menjulang kerap kali hanya melihat pantulan cahaya senja dari ruang kaca kantor, pernah juga sesekali ia nikmati landscape senja di ujung kantor yang dilapisi kaca tersebut, namun dengan latar hiruk pikuk kehidupan kota, jalanan macet, tinggi dan rendah nya bangunan yang berkecamuk hingga suara bising orang-orang kantor. Bukannya membuat hati menjadi tenang, malah deadline pekerjaan yang berlalu lalang di dalam pikirannya.

Ketika tugas-tugas kantor selesai dengan cepat, ia sempat pulang menuju kontrakan dengan suasana senja. Ia sering menengadah ke langit dan memperhatikan warna langit yang di torehkan sang matahari kala senja. Kepalang, bangunan-bangunan menutupi keindahan di setiap senja. Namun kembali lagi, jikalau sempat pulang dikala senja, hal yang ia sukai ialah menengadah dan memperhatikan warna langit sembari melihat ujung-ujung bangunan yang menjulang.

Disuatu waktu pernah ia lalui suasana senja dengan seorang laki-laki sebaya, lelaki yang jarang ia temui yang dulu pernah dekat berhububgan dengannya, barangkali karena jarak nun jauh yang memisahkan membuat keduanya enggan untuk saling berhubungan. 

Suatu hari waktu telah melahirkan pertemuan dalam dekapan mereka, lelaki tersebut pernah blak-blakan mengatakan dia sangat suka melihat sepasang mata wanita tersebut kala cahaya senja menerpa wajahnya. Wanita tersebut jadi berbesar hati karena pujian si lelaki, namun ekspresi wajahnya lekas ia ubah dan seketika mencubit lengan lelaki tersebut dan berkata "dari buku mana telah engkau kutip gombalan tersebut?" Ya, iya tahu kalau lelaki tersebut sangat suka membaca buku. Tetapi sang wanita kerap kali meng olok-olok gaya berbahasa indonesia nya silelaki yang terdengar aneh, barangkali karena lidah dan logat bicara si lelaki ini masih kampungan.

Perihal mata, mata tersebut berwarna kecoklatan sehingga bila cahaya senja singgah di sepasang mata wanita tersebut ada binar yang membuat si lelaki menjadi terpesona dan takjub akan ciptaan tuhan. 

Tak bisa dipungkiri ketika ia sedang berjalan keluar rumah dan melihat matahari senja yang telanjang dengan sinarnya, ia langsung teringat akan bagaiman mata wanita tersebut secara tidak sengaja pernah ia pandang berlama lama, ketika mata mereka bertemu si lelaki menjadi gagu dan salah tingkah, dan wanita itu tahu kalau si lelaki memandanginya dan ia sengaja berbicara lagi dan dan berdalih untuk memandang kedepan, memandang kejauhan dan membiarkan silelaki menikmati matanya kembali.

Tak bisa di cegat dan tak bisa dikekang, waktu kembali memberikan jarak antara mereka berdua. Mereka kembali kepada kondisi semula yang saling membisu, tak ada komunikasi dan tak ada saling mengabari. kepada waktu mereka kembali memberikan harap.

Sesekali si wanita habiskan waktu bersama teman-temannya, biasanya itu terjadi di waktu weekend. Mengunjungi kota sebelah demi bertemu dengan teman masa kuliah atau terkadang cukup dengan teman sekantor. Bahagia tak tertanggungkan mengaliri darah di dalam tubuhnya, karena beberapa temannya yang dulu memiliki wajah yang gemas sekarang sudah tampak dewasa. Lantas cerita mengalir deras dari beberapa temannya tersebut. Di restoran cepat saji mereka bergumul.

Dia suka sekali menjadi pendengar jikalau kondisinya sudah berkumpul seperti ini. Raut wajah yang berdecak kagum ia tujukan kepada teman lamanya tersebut. Mulai dari pengalaman kemana saja setelah kuliah hingga curhat curhat tentang pengalaman awal didunia kerja, dan yang membuat ia terkekeh kekeh adalah mereka kembali mengingat dan mencemooh kekonyolan yang mereka lahirkan ketika masih duduk di bangku kuliah dulu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline