Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom merupakan sebuah novel yang terbit pertama kali maret 2016. Novel fiksi ini memiliki genre yang bisa dikatakan kompleks, mulai dari petualangan, romance, action dan segala macam yang menyentuh titik temu kehidupan. Ini jelas sebuah Maha karya yang tidak boleh dilewatkan sekalipun.
Buku dengan ketebalan 468 halaman ini akhirnya selesai juga saya baca dengan beberapa kali sesi. kenapa? Karena dibutuhkan mood yang hebat untuk memulai membaca, bukan karena buku ini boring atau monoton, hanya saja saya agak susah mengatur waktu untuk mendapatkan momen yang pas dalam membaca.
Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi merupakan sebuah Maha karya yang memiliki nilai yang tak terbantahkan. Diciptakan oleh seorang penulis lokal bernama Yusi Avianto Pareanom. Puja prabu Yusi Avianto (Apa-apaan ini). Buku ini juga sekaligus merupakan novel pertama beliau yang telah mendapatkan penghargaan Prosa Terbaik Kusala Sastra Khatulistiwa 2016, Prosa Pilihan Majalah Tempo 2016 dan Fiksi Terbaik Rolling Stone Indonesia 2016.
Novel pertama dari seorang penulis memang merupakan cikal bakal atau tonggak acuan terhadap karya-karya nya yang akan datang, juga novel pertama memang memiliki sebuah kekuatan yang luar biasa sehingga si pembaca menjadi takjub tak karuan, sekilas saya jadi teringat karya Eka kurniawan yang "Cantik itu luka".
Catat dulu, buku ini Rate nya Dewasa. Sebenarnya Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi Ini mengambil sudut pandang cerita dari seorang tokoh bernama Sungu Lembu.
Dendam yang tak tertanggungkan lah yang membawa Sungu lembu bertemu dengan Mandasia dan bahkan melakukan perjalanan kesana kemari yang sangat memukau yang membuat kita bergindik untuk membaca membalikkan halaman buku tanpa henti.
Cerita dibuku ini ber-setting di zaman lampau, banyak orang berkata merupakan zaman kolosal. Zaman dimana keberadaan kerajaan-kerajaan memerintah dan peperangan antar kerajaan terjadi.
Sekilas setelah kalian tahu tentang kerajaan, pastilah kalian mengatakan enggak banget atau kuno sekali tema yang diangkat. Namun sangat berbeda jika kalian telah membaca beberapa halaman saja di awal buku, seketika kita akan dihisap paksa untuk mengetahui jalannya cerita yang berfokus kepada kehidupan Sungu lembu ini.
Baiklah kita masuk ke dalam plot cerita dengan singkat, Sungu lembu membawa dendam meninggalkan tanah kelahirannya menuju pusat kerajaan yang telah menjajah negri kecilnya tersebut. Watugunung merupakan seorang pemimpin dan rajadiraja disebuah negri yang bernama Gilingwesi. Kepala Watugunung menggelinding di tanah lah yang sangat diinginkan oleh Sungu lembu, namun keinginan tersebut tidak bisa tercipta seketika.
Didalam perjalanan ke Gilingwesi, sungu lembu harus melewati berbagai peristiwa, bertemu dengan berbagai macam orang dan melakukan keterikatan sementara. Bertemu dengan Nyai manggis salah satunya, seorang perempuan pemilik rumah Judi yang sekampung dengan nya, yakni Banjaran Waru. Yang ternyata Nyai manggis juga memiliki sekelompok pemberontak dari Banjaran waru yang ingin melawan Gilingwesi.
Setelah bertemu dan berbagi kisah dengan Nyai manggis, Sungu lembu tak sengaja bertemu dengan Raden Mandasia di rumah judi nyai manggis tersebut. Raden mandasia merupakan anak kembar ke-7 dari watugunung, yang mana watugunung sendiri memiliki 13 pasang anak kembar, berarti secara keseluruhan watugunung memiliki 26 anak dari satu istrinya yang bernama Dewi Sinta.