Lihat ke Halaman Asli

Hanya karena Sebuah Kekeliruan

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Boedi utomo yang lahir pada 20 mei 1908 adalah pergerakan nasional pertama yang diusung oleh anak bangsa untuk melawan rezim kekuatan belanda yang telah mengangkangi Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad lamanya, pergerakan ini diusung oleh para pioneer muda Indonesia yang sedang mengenyam studi di stovia belanda, oleh sejarah mereka diberi label sebagai KAUM TERPELAJAR, bukan tanpa alasan nama itu disematkan kepada sutomo dan kawan-kawan, karna mereka adalah sedikit orang yang diberikan kesempatan untuk mengenyam manisnya buah pendidikan yang dianggap oleh kaum pribumi pada masa itu layaknyahal yang mustahil untuk didapatkan, maka teman….lihatlah buah pendidikan itu, sungguh manis dan menyejukkan , ia mampu melahirkan putra-putri bangsa yang tidak hanya memilliki kapasitas intelektual serta intelegensia yang mumpuni dibidangnya tapi juga menelurkan para pemikir besar yang memiliki semangat nasionalisme dan semangat juang pembebasan bagi negerinya tercinta,Indonesia.

Belajar dari negeri-negeri yang memposisikan pendidikan sebagai batu loncatan untuk terbebas dari keterkungkungan situasi, Bangsa sekaliber Jepang adalah salah satu diantaranya, mereka memiliki apresiasi yang luar biasa terhadap pendidikan, tak ayal bahwa hal pertama yang Kaisar Jepang tanyakan ketika keterperukan pasca tragedi hirosima dan Nagasak menimpa jepang adalah : Berapa jumlah guru yang tersisa? . luar biasa. Pertanyaan yang terkesan tidak sinkron terhadap situasi jepang pada saat itu justru benar-benar menjadi batu loncatan kebangkitan Jepang.

Sejarah menjadi saksi,iika Jepang memilki kepedulian yang minim terhadap pendidikan,mungkin sampai sekarang mereka masih akan beradadi posisi yang sama seperti indonesia, the third world countryy, maka sudah sepantasnya lah Indonesia yang masih merintis pembangunan disemua lini kehidupan berbangsa harus memiliki passion yang proporsional terhadap pendidikan, karna filosofi dari pendidikan adalah jalan keluar paling tepat bagi setiap permasalahan yang muncul, Semisal kita berbicara tentang korupsi yang merajalela dan lambat laun akan menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.jikalau pendidikan kita memang telah berjalan pada koridor yang sesuai,maka korupsi barang mustahil akan terjadi,karna sudah pasti di dalam pendidikan itu sendiri ada konten pembelajaran mengenai kejujuran, nasionalisme, penegakan hukum, tindakan yang tidak sejalan dengan hukum, konstitusi, praktek kenegaraan,dan masih banyak lagi subjek-subjek yang bahkan telah kita pelajari dari kita duduk di sekolah dasar, dan kesemua konten pembelajaran yang penulis sebutkan tadi adalah basic knowledge generasi bangsa bahwa korupsi itu adalah perbuatan keji yang hanya akan menggerogoti keberlangsungan hidup suatu bangsa bahwa korupsi adalah sesuatu yang hanya dilakukan oleh orang-orang tamak nan tidak berkeprimanusiaan, tapi apa yang terjadi???korupsi seperti darah daging yang telah bersinergi kedalam tubuh dan jiwa Negara Indonesia, menjadi permasalahan yang tidak kunjung terselesaikan bahkan semakin berlarut-larut, Konstitusi yang terus mengalami amandemen dari waktu ke waktu tak kunjung juga menjadi problem solver bagi korupsi,tidak memuat efek jera yang berarti, para pelaku korupsi di Indonesia masih bebas melanglang buana,bahkan ada yang seharusnya di penjara justru malah nonton tennis di BALI(ehm..enak’e dewek), hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan kita belum berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, belum berhasil membentuk karakter/kepribadian generasi muda untuk cinta tanah air, dan telah mengalami degradasi serta dehumanisas dalam hal penanaman nilai-nilai kemanusiaan.carut-marut dunia pendidikan Indonesia tidak bisa didiamkan begitu saja, kita harus segera menemukan jalan keluar dan akar permasalahan yang menyebabkan pendidikan kita tidak lagi dapat memberdayakan serta minim produk( meminjam istilah happy susanto), dan fenomena terparah,yang sedang menghantui bangsa ini adalah kapitalisasi pendidikan dan komersialisasi pendidikan yang pada akhirnya akan menyebabkan bangsa ini justru semakin terpuruk di titik nadir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline