Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Pribadi Dekat dengan Negara Islam Indonesia (Bagian 2)

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1303298815380667032

[caption id="attachment_103655" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Alhamdulillah, bisa menyelamatkan teman dari jeratan NII Selama di Jakarta, dan berada di lingkungan orang-orang yang terjebak Negara Islam Indonesia (NII), adalah ketika bias membebaskan mereka dari jeratan NII, meski risikonya dibenci dan akan dibunuh. Ketika itu, tiga orang perempuan datang ke kontrakan kakak saya dan berbincang-bincang soal NII. Mereka menganggap aku akan masuk NII dalam waktu dekat. Ternyata mereka salah besar karena aku sangat keras kepala dan susah diatur. Bagi mereka, kedatanganku akan menambah jumlah anggota baru NII (Alhamdulillah ternyata salah besar!). Ketiga tetanggaku yang kerja di pabrik di daerah Muara Baru Jakarta Utara, yang gajinya sekitar Rp 100.000/ Minggu harus membayar sodaqoh sekitar Rp 50.000/Minggu atau setiap gajian (karena gajinya per Minggu). Tanpa ada rasa beban sama sekali, dengan enaknya anggota NII menarik dari uang mereka, termasuk uang dari hasil jerih kakakku. Suatu hari, aku hamper cekcok dengan mereka lantaran aku jelaskan kalau NII itu sesat.

Aku : "Apa kamu tidak mikir kalau orang tuamu menunggu kiriman dari kamu? Mereka banting tulang cari uang dan membesarkanmu, sedangkan kamu sudah kerja uangnya hanya untuk NII?"

Nia (pemberian nama dari NII)

"Kamu tahu tidak caranya masuk surge? Ini jalan yang benar!" Sembari membentak aku yang mungkin waktu itu aku hanya anak kecil, dan masih SMP!

Aku : "Coba kamu bayangkan, kamu dengan gaji sgitu, harus dikberikan kepada NII separuhnya, sedangkan kamu itu perempuan. Butuh makan, butuh parfum dll," Kata-kataku mulai sedikit melunak dari sebelumnya.

Nia pun akhirnya mulai sedikit berpikir ulang dengan kata-kataku itu.

Aku : "Coba deh, kamu renungkan sekali lagi. Apa kamu ngga tega sama orang tuamu di kampong?"

Nia : "Iya sih, tapi aku ngga bisa keluar. Kalau mau keluar pasti dikurung dan diancam dibunuh!" saat itu pula aku mulai memutar otak bagaimana cara membebaskan satu orang ini dari geanggaman NII.

Aku : "Begini saja, besok habis kerja, kalau masih dikejar-kejar sama orang NII, kita pergi ke kontrakannya Aminah di Penjaringan. Kamu menginap saja di sana, nanti biar temannya Aminah yang jagain kamu," jawabku dengan semangat.

Esok harinya, aku jemput Nia ke tempat kerjanya. Dan sialnya, ketika kita baru melangkah beberapa meter, orang yang stiap minggu menagih sodaqoh itu mengejar kami. Kami berdua lari terbirit-birit seperti kesetanan. Bayangkan saja, teamnku dengan gaji Rp 100.000/Minggu harus diserahkan Rp 50.000 untuk sodaqoh dan itu wajib! Kalau tidak dibayar minggu ini akan ditagih pada minggu berikutnya. Capek berlari tunggang langgang, akhirnya kita sampai di kontrakannya Nia, dan Jleg! Orang-orang NII sudah mulai berkumpul dan muali membahas soal Nia yang akan kabur. Sialnya, besoknya adalah Minggu dan libur, Niapun disekap tidak boleh keluar kamar dan dikunci serta diancam akan dibunuh! Bagiku, tidak sekedar membebaskan secara lahir, tetapi nyawa Nia juga harus selamat. Akhirnya pada keesokan harinya pas masuk kerja, dia datang ke kontrakkan kakakku dan minta diantarkan ke kontrakkan Aminah. Kami pun kabur bersama, meski kakakku cuek dengan kelakukanku yang bawa-bawa kabur Nia ke tempat yang bagi mereka adalah tempatnya orang-orang kafir. Di sana, Nia aku titipkan ke Aminah. Saat kakak laki-laki Nia yang juga orang NII menjemput dan memaksa Nia untuk ke kontrakkanya, Aku langsung mengancam akan melaporkan orang-orang NII ke polisi, karena kita tahu bahwa orang-orang NII takut dengan polisi! Setelah itu, kakakknya Nia tidak lagi berani menjemput Nia dengan bujukan. Dia hanya datang sekedar menengok saja. Cukup lama tinggal dan berpisah dengan orang-orang NII ternyata Nia sudah kembali ke jalan yang benar. Dia sekarang sudah mempunyai suami dan dikaruniai anak laki-laki dengan anaknya pemiliki kontrakan tempat dia kabur. Alhamdulillah, sebenarnya cukup mudah untuk membeaskan orang-orang yang terjerat NII hanya saja harus sabar, dan terus berjuang. Semoga cerita nyata ini memberikan kebaikan. Perlu diingat bahwa NII yang sekarang telah terpecah menjadi KW9 akan terus merongrong kaum intelekmuda dan eksekutif muda untuk dicuci otaknya. Target para PRT sudah mulai berkurang karena sudah banyak yang dijebloskan ke penjara lantaran para PRT yang dicuci otaknya itu ketahuan mencuri barang-barang berharga milik majikannya.

Berikut ciri-ciri dan tips tidak terbujuk oleh NII:

1. Orang-orang NII tidak berbeda secara siginifikan dengan orang yang bukan NII. Hannya saja dia lebih tertutup/ tertekan.

2. Selalu membicarakan tentang agama Islam, syurga dan neraka, serta bagimana caranya masuk syurga.

3. Orang-orang NII tidak memakai jilbab secara umum, hanya ad abeberapa saja. Kalaupun ada dia pakai jilbab karena sudah dari awal sebelum masuk NII.

4. Orang-orang NII selalu menawarkan tentang penebusan dosa dengan membayar Shodaqoh semampunya. Biasanya barang-barang berharga sebagai jaminannya.

5. Biasanya korban dengan keadaan tidak sadarkan diri memberikan barang-barang yang bisa untuk jaminan masuk surge.

Untuk sharing soal NII, KW9, bisa kirim email ke: rasno.86@gmail.com

Phone: 0857 26417702




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline