Kegiatan konservasi tanah dan air adalah upaya untuk merehabilitasi lahan kritis, dengan menggunakan metode vegetatif dan mekanik (sipil teknis). Kedua metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan kondisi lahan yang akan dilakukan konservasi.
Metode vegetatif dilakukan pada lahan kritis dengan kelerengan di atas 40 derajat dengan cara menaman tanaman jenis kayu-kayuan dan tanaman Multi Purpose Tree Species (MPTS) dengan jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan misalnya akan menanam tanaman buah-buahan 200 batang pada lahan seluas satu hektar maka jarak tanamnya 7 x 7 meter.
Sedangakan metode sipil teknik diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-45 derajat.
Ada berapa kegiatan yang bisa dilakukan pada metode sipil teknik di antaranya pembuatan terassering, pembuatan Saluran Pembuangan Air (SPA) dan gully plug.
Kegiatan pembuatan terassering dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu pembuatan teras bangku, teras gulud, teras kredit dan rorak. Sebelum melakukan kegiatan tersebut terlebih dahulu harus menetukan jumlah teras dan bidang olah yang akan dibuat atau disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan. Setelah diketahui lalu kegiatan berikutnya adalah melakukan kegiatan penentuan garis kontur.
Teknik penentuan garis kontur dimaksudkan untuk membuat arah bidang datar pada permukaan tanah.
Ada beberapa alat sederhana yang digunakan untuk menentukan bidang datar di antaranya : A frame, gawang, selang waterpass dan ondol-ondol.
Pada artikel ini yang akan dibahas adalah alat penentu arah kontur dengan menggunakan alat sederhana yaitu "A frame" .
A Frame
Alat ini sepintas seperti segitiga sama kaki, namun alat ini berfungsi untuk menentukan arah kontur yang dilengkapi dengan benang dan unting-unting (lod) sebagai penyeimbang bidang datar (waterpass).