Lihat ke Halaman Asli

Jangan Lupa Menangis, Flo

Diperbarui: 12 Juli 2016   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit Jakarta hari ini nampak muram, semuram wajah Flo yang sejak beberapa jam lalu terdiam di depan layar notebook-nya, sementara jemarinya telah usai menari-nari di atas keyboard komputer mini tersebut.

Hari ini Flo kembali melukiskan suasana hatinya dalam sebuah badan email. Baginya, seperti ada kesenangan tersendiri saat setiap kali ia membuka kembali tumpukan email yang masuk. Tentu saja email yang datang dari pria yang pernah mengisi hatinya, namun kini telah menjadi milik orang lain.

Pertemuan terakhir Flo dengan pria itu baru saja terjadi minggu lalu, tetapi dalam pertemuan itu mereka tak banyak bicara, bahkan mengungkapkan isi hati. Kerinduan yang terpendam selama ini telah mengalahkan semua kata yang akan mereka ungkapkan, sehingga diam terasa lebih bermakna.

Hari ini Flo kembali menerima email darinya, karena email adalah satu-satunya penghubung mereka berkomunikasi setelah Flo menghapus semua jalinan pertemanan di so dial media dan juga nomer ponselnya. Flo membaca lagi kalimat-kalimat singkat yang telah disusunnya.    

"Aku baik-baik saja dan akan selalu baik-baik saja sekalipun tanpa dirimu.  Aku harap ini benar-benar menjadi percakapan terakhir kita, walaupun aku tak menginginkannya."

Kini jemari Flo menuju tulisan 'send' tapi ia urung melakukannya. Ini kesekian kalinya Flo menuliskan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan dan juga sapaan pria tersebut, serta kesekian kalinya pula Flo tidak mengirimkannya. Semua tertumpuk manis di draft email-nya.

Flo menghela nafas sejenak. Tak terasa butiran-butiran bening dari mata indahnya perlahan-lahan mengalir, saat dibacanya kembali bait demi bait paragraf paling menyentak hati Flo.

"Flo, aku tahu kesalahanku sangat berat sehingga harus meninggalkanmu. Seperti katamu dahulu, bahwa aku laki-laki yang egois, memikirkan diri sendiri dan takut kesepian. Wanita  tangguh sepertimu hanya layak dimiliki oleh laki-laki yang tangguh juga, bukan oleh manusia rapuh sepertiku. Dalam hidup ini kita nampaknya memang bisa menanggung semuanya sendirian. Namun, Flo kadangkala kita perlu mengungkapkan segalanya lewat air mata, jika kau masih belum menemukan lelaki pilihanmu atau tempatmu mengadu. Jangan lupa menangis, Flo."

Dan kini, airmata Flo semakin deras mengalir.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline