Lihat ke Halaman Asli

Mencermati Harga-harga Ganjil di Ritel Modern

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13267298691909570666

[caption id="attachment_164142" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Jika anda berjalan-jalan ke ritel modern dan melihat berbagai macam produk yang dijual, seperti di supermarket, toserba, hypermart, departement store dan yang sejenisnya, maka seringkali kita melihat model harga dengan harga yang aneh. Mengapa aneh ? Karena harga yang ditawarkan oleh ritel modern menggunakan harga ganjil yang secara umum angka-angka tersebut sering kita abaikan. Misalnya harga sebuah sabun mandi Rp. 2.999 atau harga sebuah sebuah ballpoint Rp 1.995 dan sebagainya.

ilustrasi ritel modern (belajar.kemdiknas.go.id) Penetapan harga yang berakhiran ganjil seperti model di atas dalam dunia pemasaran diistilahkan dengan odd prices atau magic prices. Dari berbagai sumber yang pernah saya baca, bahwa odd price pada awalnya digunakan oleh ritel di Amerika Serikat yang bertujuan untuk mengurangi ketidakjujuran para kasir. Penetapan odd prices ini membawa sebuah konsekuensi bagi para kasir untuk mengembalikan uang kembalian kepada pembeli. Di samping itu dengan odd prices diharapkan pembeli akan tertarik, kesan harga lebih murah menjadi daya tarik sendiri bagi si pembeli. Penetapan harga suatu produk dari sebuah perusahaan adalah suatu hal yang sangat mendasar karena secara langsung berpengaruh terhadap permintaan konsumen dan keuntungan perusahan. Odd price adalah salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan produknya. Maka tak heran jika odd prices ini  telah diaplikasikan di ritel-ritel yang ada di negara kita baik badan usaha yang merupakan kepemilikan asing atau kepemilikan badan swasta nasional. Bahkan ritel-ritel kecil seperti minimarket-minimarket pun telah menggunakan pola penetapan harga tersebut. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah apakah betul-betul odd prices itu menguntungkan bagi konsumen ? Jika kita cermati dengan seksama, maka ada hal yang dapat kita pertimbangkan. Misalnya  kita membeli sebuah produk berharga Rp. 1.995, uang yang kita serahkan kepada kasir  adalah Rp. 2.000,-. Apakah kita akan menerima kembalian dari kasir ? Jika itu berlaku di Amerika dengan dollarnya, jelas pengembalian dapat dilakukan. Namun di negara kita, mungkinkah kita akan meminta kembalian sebesar Rp. 5,-.Jangankan Rp. 5, terkadang Rp.100,- pun kasir enggan memberikan kembalian atau kita sendiri berlagak tak mau menerima pengembalian uang. Jadi apakah konsumen diuntungkan dengan model odd price semacam itu, anda sudah dapat menyimpulkan sendiri bukan ? Terima kasih ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline