"Menyikapi Hoax dan Isu Pemilu"
Pemilu sebagai panggung utama dimana warga negara dapat berpartisipasi dalam menentukan arah kepemimpinan dan kebijakan pemerintahan. Kita sebagai pemilih muda memiliki peranan penting dalam demokrasi di Indonesia. Pemilu menjadi salah satu sarana dalam membangun dan memperkuat demokrasi. Tetapi, bagaimana kita bisa menentukan pilihan dengan benar jika melihat berita politik saja kita masih malas? Tidakkah kita akan termakan isu dan hoax yang ada?
Disetiap partai politik, pasti akan ada yang namanya visi dan misi. Visi dan misi ini akan menjadi bentuk perencanaan strategis untuk melaksanakan program politik yang disusun oleh setiap partai. Program politik tersebut bisa saja berupa kesehatan, pendidikan, militer, dan lain lain.
Segala bentuk dari visi misi dan program kerja ini biasanya akan dijelaskan melalui kampanye politik. Kampanye politik sendiri diartikan sebagai perencanaan dan strategi mengenai cara mendapatkan dukungan atau mencapai tujuan politik tertentu. Ini melibatkan identifikasi potensial, pesan-pesan kampanye, alokasi sumber daya, dan langkah kongkret sebagai partai untuk memenangkan dukungan.
Perkembangan teknologi informasi dan media sosial telah mengubah paradigma kampanye pemilu. Kini kampanye tidak lagi terbatas oleh ruang tradisional melainkan mencangkup ranah digital yang memungkinkan kita untuk berinteraksi langsung dengan kandidat partai. Hal ini menuntut pemahaman kita sebagai pemilih untuk memilah berbagai jenis informasi yang tersebar di media sosial. Tapi bagaimana?
Isu dan hoax tentu dapat merugikan proses demokrasi dan memberikan dampak negatif. Untuk menghindari hal tersebut ada beberapa langkah yang mungkin bisa menjadi antisipasi penting untuk kita sebagai pemilih muda agar terhindar dari isu dan hoax. Pertama, pastikan berita yang tersedia berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan memiliki reputasi yang baik.
Media sosial seringkali menyediakan berita yang memang terlihat menarik untuk dibaca namun melenceng dari kebenaran yang ada. Sumber-sumber yang tidak terpercaya biasanya dibayar untuk menyediakan berita yang terkesan menjatuhkan beberapa partai politik dengan cara menyebarkan hoax dan isu tidak benar mengenai partai politik lain. Sumber yang seperti itu akan mendorong kita terjebak dalam polarisasi politik dan mempengaruhi persepsi dari pembaca berita terhadap informasi yang disediakan.
Disini, sikap kritis dan objektif pembaca berita sangat di perlukan. Kedua, edukasi media. Di zaman modern ini, tidak hanya kalangan muda yang senang berselancar di dunia internet. Usia yang dapat dikategorikan 'tua' juga seringkali terlihat menggunakan ponsel pintar untuk bermedia sosial. Meningkatkan literasi media di seluruh kalangan masyarakat sangat penting.
Setidaknya, kita sebagai generasi yang mengerti teknologi dapat memberikan sosialisasi terkait hoax dan isu yang ada di internet dan media sosial serta mengajarkan bagaimana cara memeriksa keaslian informasi dan membedakan antara berita yang sah dan palsu. Ketiga, melaporkan informasi palsu atau hoax kepada pihak berwajib. Pihak berwajib yang maksud disini seperti kominfo, polisi atau otoritas hukum.
Selain itu berita hoax dapat juga dilaporkan melalui platform diamana kita menemukan berita tersebut. Sebagian besar platform memiliki mekanisme pelaporan untuk melaporkan konten yang dianggap melanggar kebijakan.