Seorang anak yang lahir dari rahim petani malang mencari tanah untuk hidup. Di atas tanah itu sudah berdiri bangunan elit birokrat yang dirampas secara paksa dengan moncong senjata.
Tergusur paksa. Di mana lagi kaki membawanya pergi. Kota bukan tempatnya untuk hidup. Para birokrat telah membunuh petani dengan sadis, tanpa setetes darah yang mengalir ke tanah, tapi aroma keringat itu telah menyatuh dengan tanah sekian tahun lamanya.
Hai birokrat penumpuk kekayaan dengan merampok, membuntingkan perempuaan dengan iming harta. Mati, mati, matilah wahai para birokrat busuk.
Tanah akan menuntutmu kelak dan tanah akan menyiksamu, sebab kau telah merebut cinta seorang petani yang telah dibangun sekian tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H