Lihat ke Halaman Asli

Antara Aku, Pesantren, dan Public Speaking, Cerita Pribadiku di Pesantren

Diperbarui: 20 Agustus 2024   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik

Izinkan berbagi cerita pribadiku selama di pesantren.
Bagaimana prosesku di sana ketika mempelajari public speaking.

Tanggal 14 Juli 2018 merupakan hari yang paling bersejarah bagiku. Hari di mana aku masuk pesantren untuk pertama kalinya. Tepatnya di Pesantren Al-Ma'tuq Sukabumi. Meskipun harus memilih untuk jauh dari orang tua, tetapi aku harus melaluinya agar bisa membahagiakan mereka di masa depan kelak.

Waktu itu aku tidak ada kepikiran untuk bisa jago public speaking. Karena yang kupikirkan hanyalah mempelajari ilmu agama, menghafal Al-Qur'an, belajar bahasa arab, kurang lebih itu saja.

Gedung Sekolah Pesantren Al-Ma'tuq Putra/dokpri

Ternyata, ada salah satu ekskul yang wajib diikuti seluruh santri. Yaitu ekskul Muhadhoroh. Mulai ketika aku masuk pondok, ekskul tersebut diadakan setiap jum'at siang, setelah shalat jum'at dan makan siang.

Dalam muhadhoroh, santri-santri terbagi menjadi beberapa kelompok. Waktu itu ada kelompok khusus MTs yang dicampur dari kelas 1 sampai 3, dan ada khusus MA yang terdiri dari kelas 1 saja. Adapun kelas 2 MA semuanya menjadi mudabbir atau pembimbing untuk semua kelompok baik MTs maupun MA. Kelas 3 MA tidak diikutsertakan karena ada banyak ujian untuk mereka.

Awalnya, aku tidak tahu apa saja yang bisa didapat dari ekskul tersebut. Ketika disuruh ikut, aku ikut saja tanpa memikirkan apa benefitnya. Rupanya, itu merupakan ekskul latihan berpidato, public speaking. Ekskul tersebut diwajibkan agar para santri bisa berbicara di depan umum.

Benar saja, ketika aku pertama kali mengikuti ekskul tersebut, ditampilkan beberapa kakak kelasku untuk menyampaikan pidatonya.

Waktu itu, aku ketika melihat kakak kelasku ada yang bisa berpidato dengan bagus, aku hanya menganggap wow saja. Tidak ada keinginan dalam diriku untuk menjadi seperti mereka. Aku belum terobsesi. Seakan-akan hanya angin yang lewat, aku membiarkannya saja.

Awal-awalnya di kelompokku penentuan siapa yang maju latihan pidato berdasarkan kelas. Pekan pertama seluruh kelas 3 MTs, pekan berikutnya kelas 2 MTs. Adapun kelas 1 MTs belum diperintahkan untuk tampil. Kami hanya menontoni saja.

Setelah itu, penentuan yang maju jadi berubah. Dalam kelompok muhadhoroh kami sebenarnya dibagi lagi menjadi 4 kelompok waktu itu. Setiap kelompok kelas 1, 2 dan 3 ada semua. Dan penentuan maju pun berubah menjadi per kelompok dalam kelompok muhadhoroh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline