Lihat ke Halaman Asli

Rasawulan Sari Widuri

TERVERIFIKASI

Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Masih Musimkah Diskriminasi di Tempat Kerja?

Diperbarui: 4 Juni 2020   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyoal isu rasisme yang sedang hits saat ini, sebagai pekerja kita kerap dihadapkan pada isu diskriminasi yang terjadi di tempat kerja. Baik sebagai objek tindakan diskriminasi ataupu hanya sebagai penonton perbuatan diskriminasi di kantor.

Kurangnya keberanian, akhirnya membuat sebagian besar pekerja bersikap tak acuh pada hal ini dan lebih baik menghindarinya dengan cara berpindah tempat kerja. Namun herannya jarang sekali diskriminasi secara lantang diinformasikan sebagai alasan resign kepada bagian personalia pada saat melakukan 'exit interview'.   

Diskriminasi sendiri adalah segala bentuk pembedaan, pengabaian, pengistimewaan atau pilih kasih yang dilakukan berdasarkan ras, warna kulit, agama, paham politik, pencabutan secara nasional atas asal usul sosial dan kondisi fisik ( misalnya kaum disabilitas dan HIV/AIDS) yang berdampak pada penghapusan atau hambatan terhadap kesetaraan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan.

Diskriminasi yang Sering Terjadi di Dunia Kerja 
Di dunia kerja, diskriminasi dapat terjadi tanpa disadari. Berdasarkan pengalaman saya bekerja, diskriminasi biasanya terjadi karena perbedaan keyakinan. Pekerja dengan jumlah mayoritas biasanya menjadi pioneer dalam proses diskriminasi. Misalnya ketika saya bekerja di perusahaan lokal yang sebagian beragama non muslim, akhirnya terjadi diskriminasi terhadap pekerja muslim.

Diskriminasi dapat terlihat dari perilaku teman yang non muslim kepada kaum minoritas. Biasanya acara perayaan hari besar non muslim diadakan lebih meriah dibandingkan perayaan Idul Fitri atau Idul Adha.

Bahkan sebelum hijab menjadi trend bagi muslimah, kami yang muslim dilarang menggunakan hijab pada saat ke kantor. Bagian personalia kami memang tidak membuat peraturan tertulis terhadap larangan ini, namun secara pribadi pekerja yang memakai hijab diinformasikan secara face to face untuk tidak memakai hijab pada saat bekerja.

Sedangkan berdasarkan pengalaman saya bekerja pada perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, latar belakang profesi yang sama membuat kelompok tersendiri. Saat itu di kantor terdapat perbedaan perlakuan untuk semua pekerja yang bertitel dokter. Mulai dari sapaan yang jauh lebih dihormati ataupun dari kesempatan untuk promosi.

Sebetulnya pekerja dengan gelar non dokter pun pasti mempunyai titel berdasarkan pendidikannya. Misalnya MBA ataupun SE. Namun kami tidak serta merta mengharuskan orang untuk selalu memanggil kami dengan titel tersebut.

Saat itu kelupaan menyebut titel dokter dapat menyebabkan masalah bagi kita di kantor. Mungkin sah saja jika kelupaan penyebutan titel tidak boleh terjadi di lingkungan rekan sejawat, namun jika berada di lingkungan kerja yang profesinya bermacam-macam, harusnya hal ini tidak menjadi hal yang wajib.

Bagaimana Cara Menyikapi Diskriminasi di Dunia Kerja
Mengingat diskriminasi dapat berdampak negatif pada hubungan para pekerja misalnya adalah tingginya turn over, maka baik pengusaha maupun pekerja harus dapat mengambil sikap tegas untuk menghilangkan isu ini.

Dari sisi pengusaha dapat diwakilkan melalui bagian personalia. Mulai dari proses recruitment, bagian personalia harus meyakinkan bahwa tidak ada unsur diskriminasi terhadap calon pekerja. Bagian personalia harus fokus pada tujuan untuk mencari sumber daya manusia yang memang dibutuhkan oleh perusahaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline