Lihat ke Halaman Asli

Rasawulan Sari Widuri

TERVERIFIKASI

Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Selalu Dinantikan, Berlebaran di Rumah Ema dan Abah di Kampung

Diperbarui: 24 Mei 2020   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama Sepupu dan Keponakan di Rumah Ema dan Abah ( Dokumen Pribadi )

Merayakan lebaran Idul Fitri bagi saya identik dengan bertemu dengan keluarga besar dari pihak ibu. Begitu menyenangkan karena keluarga ibu saya sangatlah besar, 10 orang  bersaudara.

Semenjak kecil, keluarga saya pasti pergi mengunjungi rumah ema (bahasa Indonesia : nenek) dan abah (bahasa Indonesia: kakek) dari pihak ibu saya. Letak rumahnya sekitar 10 kilometer dari rumah saya.

Rutinitas pada lebaran adalah melakukan shalat Ied bersama keluarga saya, termasuk ibu dan ayah, ketika beliau masih ada. Selanjutnya kami akan menyantap makanan khas lebaran buatan ibu. Rendang daging ala Padang, sayur buncis dan sambal goreng kentang. Semua disantap dengan ketupat. Nikmat sekali.

Perjalanan Ke Rumah Ema dan Abah 

Sesudah bersilaturahmi dengan tetangga dekat, sehabis dzuhur biasanya saya bersiap mengunjungi ema dan abah. Terkadang kami berangkat bareng dengan bude atau tante yang rumahnya dekat dengan kami. Atau terkadang kami pergi menggunakan kendaraan umum.

Rumah abah dan ema terletak di kampung. Betul-betul kampung. Dahulu sekali, ketika saya masih kecil, jalannya sangat jelek sekali. Tubuh akan banyak berguncang selama perjalanan dikarenakan jalan yang banyak lubang. Jika hujan, jembatan akan kebanjiran sehingga tidak bisa dilalui oleh mobil.

Ketika saya sudah SMP, jalan ke rumah ema sudah mulai agak bagus. Jalannya sudah rata semuanya. Jembatan pun sudah dibuat permanen. Yang kurang hanyalah jenis angkutan umum masih tipe angkutan pedesaan (angdes).

Dan akhirnya ketika saya kuliah, angkutan umum selain angdes dapat digunakan ke kampung ema saya. Kami bisa menggunakan angkot. Angkot sendiri adalah angkutan kota yang berbentuk mobil carry sehingga kursi untuk penumpang lebih nyaman.

Lama perjalanan dari rumah kami ke rumah ema dan abah sekitar 45 menit. Kita akan menyaksikan pemandangan desa yang sangat indah. Sepanjang jalan pemandangannya sawah dan sungai. Bahkan kami juga melewati 'leuweung' alias 'hutan bambu'. Sedikit menyeramkan kala itu.

Dari tempat pemberhentian angdes, kami harus berjalan kaki lagi sekitar 15 menit. Inilah rute yang paling saya sukai. Kami harus jalan menanjak dan menurun untuk dapat sampai ke rumah ema. Di pinggir jalan lagi-lagi disuguhi pemandangan sawah dan sungai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline