Lihat ke Halaman Asli

Rasawulan Sari Widuri

TERVERIFIKASI

Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Bulan Ramadhan sebagai Ajang Mengendalikan Perut Bukan Menghambakan Perut

Diperbarui: 18 April 2020   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan Ramadhan hanya tinggal hitungan hari. Namun Bulan Ramadhan kali ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Banyak sekali hal yang berubah. Mulai dari pelaksanaan shalat Tarawih sampai dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Hanya keajaiban dari Tuhan yang dapat mengembalikan suasana seperti tahun sebelumnya.

Biasanya satu minggu sebelum Bulan Ramadhan, saya sudah  begitu banyak undangan untuk berbuka puasa dari berbagai kelompok. Mulai dari lingkungan pengajian, tempat kerja, RT, alumni kuliah, alumni SD/SMP/SMU dan tidak lupa keluarga inti yang biasanya diadakan di hari terakhir Ramadhan. Buka puasa bersama akhirnya menjadi budaya di Indonesia. 

Hal yang saya lakukan tentu saja menyimpan semua acara tersebut dalam agenda saya. Jika terdapat acara yang bentrok jadwalnya, saya harus memilih kelompok yang menjadi prioritas. Belum lagi masalah dana untuk setiap kali buka puasa bersama. Mulai dari yang sebanding dengan satu porsi makan sampai dengan dana yang jauh lebih tinggi dari harga satu porsi makanan. 

Ada juga trend yang terjadi selama berbuka puasa bersama yaitu 'siapa cepat dia dapat'. Hal ini berhubungan dengan penentuan lokasi untuk berbuka puasa. Semakin strategis (mudah dijangkau) dan semakin enak menu makanan, maka panitia perlu melakukan booking waktu jauh sebelumnya. Memang saya tidak menampik bahwa ini menjadi berkah rejeki bagi pemilik rumah makan ataupun catering.    

Namun saya pikir sejogyanya buka puasa diisi pula dengan berbagai amalan. Mulai dari bertasbih atau membaca Al-quran. Namun jika terdapat undangan buka puasa, kita sibuk dengan kegiatan menyiapkan acara buka puasa. Kita sibuk mengecek tempat dan juga melihat menu sajian buka puasa. 

Bahkan melakukan posting di media sosial menjadi sebuah trend dan bersifat prestise bagi setiap orang. Semakin bagus lokasi, membuat harga diri kita bertambah tinggi.   

Sesudah waktu berbuka puasa, terkadang kita hanya menyempatkan diri untuk shalat Magrib. Itupun dengan terburu-buru diakibatkan terbatasnya tempat untuk shalat. Selanjutnya masuklah ke acara inti berbuka puasa yaitu makan dan ngobrol ngalor-ngidul. Dan pada akhirnya kita kehilangan moment untuk melakukan shalat tarawih berjamaah di Mesjid.  

Bahkan pengalaman saya selama 5 tahun terakhir selama Bulan Ramadhan adalah kemacetan luar biasa di semua ruas jalan di Jakarta mulai pukul 5 sampai dengan pukul 9 malam. Dan alasannya berkutat seputar acara buka puasa. Semua orang berlomba untuk datang ke acara buka puasa. Kita digiring kepada pemikiran bahwa kita adalah seorang hamba bagi perut kita sendiri.

Bulan Ramadhan tahun ini akan berbeda. Kita seperti dipaksa oleh Tuhan untuk betul-betul memuliakan bulan yang penuh rahmat ini. Dengan banyaknya waktu bersama keluarga, maka sejogyanya kita dapat mengisinya dengan amal ibadah. Memperbanyak membaca Al-quran, berbuka puasa bersama keluarga, melakukan shalat tarawih lebih khusuk dan memberi lebih ikhlas kepada orang yang membutuhkan.

Pandemi corona semakin banyak membuka mata dan pikiran kita. Jika bulan Ramadhan kemarin kita banyak menghabiskan waktu berbuka puasa dengan kolega, maka tahun ini kita diharuskan melakukannya dengan keluarga. Tahun ini kita dapat berbuka puasa dengan menu yang disukai oleh semua anggota keluarga. Ini artinya kita membahagiakan orang lain selain diri kita.

Saya pikir ini salah satu cara kita untuk mengendalikan urusan perut kita dan bukan lagi menjadi hambanya seperti pada Bulan Ramadhan sebelumnya. Karena pada hakikatnya puasa di Bulan Ramadhan adalah untuk mendapatkan kemuliaan dari sang Khalik. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline