Lihat ke Halaman Asli

Rasawulan Sari Widuri

TERVERIFIKASI

Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Bagaimana Nasib Pengangguran Berpengalaman Setelah Wabah Corona ?

Diperbarui: 24 Maret 2020   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Begitu banyak pilihan yang telah dibuat oleh pemerintah dalam rangka menstabilkan perekonomian yang anjlok akibat wabah Corona. Salah satu solusi yang ditawarkan bagi pencari kerja adalah diterbitkannya Kartu Pra Kerja. Sasarannya adalah para pencari kerja usia muda dan harapannya adalah terciptanya jiwa entrepreneurship di kalangan usia muda. Hal ini tentu menjadi angin segar bagi pencari kerja usia muda yang memang sama sekali belum mempunyai pengalaman dan belum punya banyak pilihan.

Berdasarkan sumber dari ruang guru, pengertian dari pengangguran adalah "orang yang masuk dalam angkatan kerja (15-64 tahun) dan tidak mempunyai pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan".  Secara lebih spesifik, pengangguran adalah orang-orang dalam angkatan kerja yang saat itu tidak bekerja/sedang mencari kerja, dengan sengaja tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkannya, atau mereka yang sebenarnya sudah mempunyai pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Saat ini memang persentase terbesar adalah pengangguran usia muda (kurang dari 22 tahun) dan tidak mempunyai pengalaman sama sekali. Sehingga memang tepat jika sasaran dari Kartu Pra Kerja adalah untuk pengangguran jenis ini. Namun mengacu pada definisi diatas bahwa pengangguran dapat pula digolongkan bagi seseorang yang berusia produktif, berpengalaman dan masih belum mempunyai pekerjaan. Dan jumlah pengangguran jenis ini ternyata tidaklah sedikit, apalagi di Kota Jakarta.

Dari berbagai sumber, penggangguran dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan penyebabnya. Salah satunya adalah pengangguran friksional yaitu pengangguran yang disebabkan karena resign (mengundurkan) sendiri dengan alasan tertentu dan sudah mempunyai pengalaman. Saya termasuk dalam kategori jenis pengangguran ini karena sejak akhir tahun 2019 karena saya memutuskan resign dari perusahaan tempat saya bekerja. Dan saya telah mempunyai pengalaman lebih dari 10 tahun dan spesialis dalam bidang tertentu.  

Sebelum wabah corona, sampai dengan akhir februari 2020, saya sudah melakukan beberapa interview dengan perusahaan pencari kerja dan sedang menunggu hasilnya. Namun dampak wabah corona, saya pesimis proses recruitment saya akan dilanjutkan kembali mengingat posisi yang ditawarkan kebanyakan adalah posisi baru dalam perusahaan. Perekonomian Indonesia yang merosot tajam, mungkin akan menyebabkan investor mempertimbangkan kembali untuk memperluas bisnis atau bahkan menambah sumber daya manusia yang akan berdampak pada biaya overhead perusahaan.

Berbeda dengan cerita teman saya yang masih dalam perusahaan sama. Semenjak akhir tahun 2019 sampai dengan minggu kemarin, sudah hampir separuh karyawan menjadi pengangguran siklis. Pengangguran siklis adalah pengangguran yang disebabkan permintaan barang/jasa turun drastis sehingga terjadi pemaksaan (bukan kebijaksanaan) dari pemilik perusahaan untuk memberhentikan karyawan dengan tujuan memangkas biaya pengeluaran perusahaan. Kelompok ini adalah kelompok usia lebih dari 21 tahun, berpengalaman bahkan merupakan kelompok middle management ( level manager ).

Ketika semua orang menyerukan kata WFH alias Work From Home, saat ini dalam hati saya hanya bisa berkata SAH alias Stay at Home. Nilai tukar dollar yang sangat tinggi, tentu saja membuat saya makin bersikap ikhlas bahwa mendapatkan pekerjaan yang cocok menjadi semakin sulit. Tanpa adanya wabah corona pun, pengangguran jenis friksional dan siklis tetap harus bersaing dengan ratusan pelamar. Kami harus memilah jenis pekerjaan yang cocok dari segi jenis pekerjaan dan jumlah salary yang ditawarkan. Karena menurut saya, pengalaman adalah modal bagi kelomppk kami dan hal ini harus dijadikan tolak ukur apresiasi yang ditawarkan oleh perusahaan.

Kerugian jika angka pengangguran kedua jenis ini semakin banyak adalah berkurangnya pajak penghasilan yang merupakan sumber pendapatan negara. Saya berharap pemerintah memikirkan pula solusi bagi  kelompok pengangguran ini. Hal ini mengingat kelompok ini masih produktif bekerja bahkan kami biasanya mempunyai sikap loyal dalam bekerja lebih dari pengangguran usia muda. Apakah pemerintah memikirkan pula masa depan pengangguran pengalaman seperti kami ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline