Lihat ke Halaman Asli

Rasawulan Sari Widuri

TERVERIFIKASI

Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Selamat Jalan Gerson Poyk, Pendongeng dari Timur!

Diperbarui: 25 Februari 2017   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerson Poyk adalah salah satu sastrawan favorit dari mendiang ayah saya. Saking senangnya dengan beliau, ayah saya tidak pernah lupa membeli Koran Sinar Harapan pada saat berkunjung ke Jakarta. Dan terkadang saya membaca beberapa cerpen karya Gerson Poyk yang diterbitkan di majalah Horison.

Berita meninggalnya beliau sontak membuat saya terkejut. Karena rasanya baru tahun 2016 kemarin saya mendatangi salah satu acara pembacaan cerpen karya beliau di Galeri Kaya Indonesia. Saat itu saya melihat beliau sudah tua namun masih tetap semangat dan konsisten membuat karya yang masih dipublikasikan di beberapa media cetak.

Acara yang diadakan di Galeri Kaya Indonesia merupakan salah satu apresiasi terhadap karya beliau. Jadi pada acara tersebut beberapa cerpen terbaik beliau dibacakan oleh beberapa seniman sastra sebut saja Ratih Sang, Inggrid Widjarnako, Rita Manu Mona & Didi Hasyim dalam gaya mereka sendiri.

Sejujurnya saya bukan pemerhati karya beliau, namun dari acara tersebut saya kagum dan terhanyut dengan cerpen-cerpennya. Karena beliau dari daerah timur, maka tidak heran beberapa karyanya mengambil latar belakang daerah timur Indonesia. Mulai dari nama tokoh maupun latar belakang cerpen. Namun inti cerpen sangat mudah dipahami dan amat dekat dengan keseharian kita. Apalagi pembacaan cerpen itu dibawakan oleh beberapa penyair yang memang mampu menghidupkan cerpen seperti nyata bagi pendengarnya.

Salah satu judul cerpen yang masih saya ingat adalah “Matias Akankari” yang bercerita tentang seorang anak timur yang bernama sama ini dikemas sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita. Apalagi saat itu yang membawakan cerpen ini adalah Inggrid Widjarnako. Kepiawaian Inggrid untuk membacakan cerpen ini mampu membuat penonton terbahak-bahak dan sekaligus menghidupkan isi cerpen.

Akhirnya melalui artikel ini saya hanya ingin menyampaikan selamat jalan untuk salah satu sastrawan Indonesia kita yang sangat berdedikasi tinggi dan konsisten dalam dunia penulisan sastra sampai akhir hayatnya. Selamat Jalan Pak Gerson Poyk! Semoga akan bermunculan generasi baru pendongen dari timur seperti beliau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline