Lihat ke Halaman Asli

Tentangku

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku melihat kecoa mati yang bergerak-gerak diusung semut-semut di bawahnya

Aku mencium bau menyengat walang sangit yang meloncat kesana kemari

Aku mendengar suara jangkerik bernyanyi nyaring seolah tampil di panggung

Aku merasakan lidahku asam karena lepas dari rokok beberapa lama

Aku menggigil oleh dingin yang menusuk kulit dan membuat telapakku pucat pasi

Panca inderaku masih peka melihat, mencium, mendengar, mengecap, dan meraba

Namun otakku buntu dan hatiku beku untuk menemukan jalan keluar

Jeruji besi membentang di hadapanku tanpa aku bisa berbuat dalam penyesalan

Kenikmatan sesaat yang menyeretku dalam sepi malam di ruangan pengap

Hanya meninggalkan sisa getir pahit yang tak bertepi

Akhirnya aku hanya terkulai tak berdaya dalam sebuah penantian kebebasan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline