Lihat ke Halaman Asli

Rara Zarary

Menulis adalah caraku menemukan kebebasan, menemukan diri sendiri, dan bertahan hidup (sabdawaktu)

Perempuan adalah Manusia Seutuhnya

Diperbarui: 27 September 2021   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"...cara kita menyikapi pengalaman perempuan, baik secara biologis maupun sosial, akan menentukan keadilan jenis apa yang akan kita berikan pada perempuan." (hlm.3)

Dalam buku Nalar Kritis Muslimah, karya Nur Rofi'ah yang meraih gelar doktor dibidang Tafsir dari Universitas Ankara Turki itu, menyebutkan ada beberapa jenis ketidakadilan yang dialami oleh perempuan karena ia menjadi perempuan.

Salah satu ketidakadilan itu ada dalam sistem patriarki. Sebuah sistem yang mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Tak jarang terjadi pelecehan, penindasan, penyiksaan, dan jenis ketidakadilan lain yang dialami oleh perempuan.

Dalam buku ini, Dosen PTIQ Jakarta itu menyebutkan dengan jelas pengalaman biologis dan pengalaman sosial yang dialami perempuan, yang jarang dipahami pihak lain dan seharusnya menjadi pemahaman bersama agar tercipta keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh alam. Baik bagi laki-laki juga bagi perempuan.

Adapun pengalaman biologis perempuan; mengalami menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Sedangkan pengalaman sosial perempuan meliputi stigmatisasi, marginalisasi, subordinasi, kekerasan, dan beban ganda. Jika dari kedua pengalaman perempuan ini mampu dipahami dan dijadikan pertimbangan dalam segala hal termasuk menentukan kebijakan, dll maka hal itu akan menciptakan keadilan hakiki. Keadilan yang tak sebatas legal, formal, dan tekstual.

Beberapa penjelasan di atas sebenarnya telah menunjukkan fakta pada kita, betapa ketidakadilan selama ini telah terjadi pada perempuan karena menjadi perempuan. Padahal, Allah telah dengan tegas dalam Al Quran membincang soal pengalaman perempuan ini tidak semata-mata sebagai topik saja, melainkan sebagai perspektif. Dimana menunjukkan dan memerintahkan pada seluruh umat untuk memanusiakan manusia. Termasuk memanusiakan perempuan.

"Setiap manusia punya status melekat sebagai hamba Allah, artinya dilarang keras menghamba pada apapun dan siapapun selain Allah..., tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada Allah, maka ketaatan kepada apa pun dan siapa pun selain-Nya adalah ketaatan kepada nilai kemaslahatan, bukan pada figur." (hlm.75)

Ini menjadi bagian penting untuk disadari bersama, bahwa kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini adalah sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban menghamba pada Allah, tidak pada lainnya, termasuk pada laki-laki, harta, benda, atau figur lainnya.

Pada abad ketujuh Masehi, Islam menegaskan bahwa: pertama, perempuan adalah manusia. Kedua, setiap manusia hanyalah hamba Allah. Ketiga, setiap manusia adalah khalifah fil ardh, yang punya mandat mewujudkan kemaslahatan seluasnya di muka bumi.

Atas dasar pernyataan itu, maka jelas bahwa perempuan adalah manusia, bukan harta benda, bukan hamba laki-laki, bukan pula makhluk kedua setelah laki-laki. Sebab Al Quran surat al-Hujurat [49]:13, dengan tegas menjelaskan bahwa semua makhluk di hadapan Allah itu sama, yang membedakan adalah takwa. Jika perempuan bertakwa maka dia adalah makhluk yang baik, pun dengan laki-laki yang bertakwa. Sebaliknya, bagi laki-laki atau perempuan yang tidak bertakwa, maka mereka adalah makhluk atau hamba yang tidak baik.

Jadi sekali lagi, perempuan dinilai tidak baik bukan karena dia adalah sebagai perempuan. Begitupun dengan laki-laki, laki-laki dianggap baik bukan karena secara fisik dia adalah laki-laki. Melainkan dari nilai sosial, spiritual, dan sikapnya sebagai manusia, khalifah fil ardh, dan khususnya sebagai hamba Allah SWT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline