Lihat ke Halaman Asli

Malu Bertanya Sesat Beneran

Diperbarui: 5 Februari 2016   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi"][/caption]Merantau jauh dari kampung halaman untuk mencari ilmu bukan perkara mudah. Banyak cobaan yang dihadapi. Hidup di kampung orang pun memiliki kesulitan sendiri bagi saya, khususnya mengenai menghafal jalan atau rute menuju satu lokasi. Bahkan saya tidak begitu hafal jalan-jalan di kampung halaman saya sendiri di Bandung.

Lebih banyak di antar jika bepergian, saya merasa tidak perlu menghafal jalan. Beberapa kali ke lokasi yang sama pun kadang tetap membuat saya ragu jika harus bepergian sendiri. Saya ragu apakah rute yang saya ambil benar atau salah. Tak jarang saya nyasar di kampung halaman sendiri. Hal itu pun terjadi gara-gara saya nggak pernah mau bertanya. Saya lebih memilih yakin dengan intuisi (ceileh) dan menyari jalannya sendiri. Jika sudah benar-benar menyerah barulah saya bertanya pada warga sekitar.

Ketika menjadi mahasiswa di Malang dan hidup sendiri tanpa keluarga membuat saya harus melakukan apa-apa dan kemana-mana sendiri. Membuat saya lebih sering memanfaatkan bantuan teknologi yakni Google Map karena memang belum begitu hafal jalan di sekitaran Malang. Google Map cukup membantu ketika tempat-tempat yang ditujuadalah restoran atau tempat wisata yang terkenal. Hanya tinggal mengetikan nama tempatnya dan klik hasilnya pun muncul. Namun, permasalahan tidak selesai begitu saja. Aplikasi yang ada di smartphone tidak selalu bisa membantu menemukan alamat jalan yang mendetail. Namanya juga buatan manusia, jadi masih banyak kurangnya.

Hal tersebutlah yang menimpa saya ketika berniat melamar untuk kerja sampingan. Sekali lagi karena tempatnya tidak saya ketahui, saya menggunakan panduan dari Google Map. Tempat yang dituju tidak begitu jauh dari tempat saya tinggal. Saya pun optimis bisa langsung sampai di tempat tujuan dengan segera. Sesampainya di tempat yang ditunjukan aplikasi smartphone tersebut, saya justru tidak menemukan tempat yang tepat. Saya akhirnya inisiatif keliling perumahan tersebut berbekal alamat yang ada.

Tempat laundry yang berada di sekitar perumahan itu tetap tak kunjung saya temui. Meskipun waktu semakin sore, tiga kali saya putar balik di sekitaran perumahan itu tetap saja hasilnya nihil. Saya malah sempat nyasar keluar dari perumahan saking nggak mau tanya sama warga sekitar. Saya pun menyerah dengan sikap keras kepala saya yang gengsi untuk bertanya dan akhirnya memutuskan untuk bertanya bertanya pada orang sekitar. Saya temui seorang lelaki yang menurut saya warga sekitar kemudian bertanya dimana letak alamat laundry yang saya tuju. Barulah setelah mengikuti petunjuk yang diberikan lelaki tersebut, saya akhirnya menemukan lokasi yang tepat sesuai dengan alamat.

Pelajaran yang saya dapat dari kejadian tersebut, teknologi memang memudahkan juga membantu kita tapi justru jangan membuat kita terlalu bergatung dengan teknologi itu sendiri. Teknologi membuat kita manja jadi deh malas bertanya. Hal ini pula yang membuat kita lebih percaya aplikasi di telepon gengam dari pada manusia.

Secanggih apapun teknologi yang digunakan, tetap saja manusia lebih unggul dari teknologi itu sendiri. Lagi, saya pun tidak akan terlalu percaya diri dan punya gengsi tinggi. Jika memang tidak mengetahui lokasi yang akan dituju sebaiknya bertanya. Ya tinggal tanya saja kok lagian nanya kan gratis, nggak bayar. Bertanya pada orang yang tepat membuat perjalanan kita efisien sehingga nggak perlu muter-muter atau menerka-nerka alamat.

[caption caption="Sumber gambar: http://m.bnizona.com/index.php/promo/view/26/1077"]

[/caption]

Pentingnya bertanya pun sejalan dengan program baru yang diluncurkan BNI yakni fitur #AskBNI di media sosial Twitter. Fitur ini diharapkan memudahkan nasabah untuk bertanya apapun, dimanapun dan kapanpun. Jelas hal ini sangat membantu para nasabah, secara saat ini siapapun menggunakan internet sebagai sarana untuk menghilangkan pertanyaan mengenai apapun. Hal ini pula yang ditangkap BNI, Twitter menjadi pilihan karena saat ini pamor Twitter menandingi pamor dari Facebook. Banyak pula pengguna Facebook yang beralih ke Twitter untuk kepentingan bersosialnya. Sepertinya Twitter dipilih karena media sosial ini memang lebih kekinian. Dibawah ini petunjuk penggunaan fitur #AskBNI di Twitter.

Cara menggunakan BNI Twitter #Hashtag : #AskBNI

1. Follow Twitter @BNI46

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline