Waktu dan kematian menjadi dua hal yang saling berkaitan, waktu mengantarkan kita pada kematian yang awalnya berjarak, tetapi kemudian sedekat nadi. Kematian menunggu waktu kita, kematian menjadi tanda bahwa waktu kita melihat semesta ini telah habis. Keduanya adalah teman yang bersama-sama menunggu dan mengantarkan makhluk hidup kembali kepada penciptanya. Sejalan dengan dengan dua puisi karya Sapardi dan W.S. Rendra. Pada puisi Mula Batu dan Malam Stanza kedua penyair sama-sama tengah membahas mengenai waktu dan kematian.
Isi dari kedua puisi tersebut menggambarkan bagaimana kegelisahan dua penyair ini terhadap waktu yang berjalan begitu cepat tanpa mengenal tangis dan tawa yang menyertainya. Keduanya menggambarkan waktu sebagai sosok yang tak peduli di mana waktu akan terus berputar tanpa peduli banyak teriakan yang memohon untuk berputar lebih lambat lagi. Kesamaan tema yang digunakan oleh kedua penyair sangat terlihat jelas pada tiap bait-baitnya. Sapardi yang menganggap waktu seperti seseorang yang tak sabaran, yang jika berkata "harus" maka harus segera dilaksanakan perintahnya. Ia bahkan telah mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang akan dilakukan "waktu" pada dirinya.
Sapardi sepertinya tengah meromantisasi kesedihannya karena bisikkan waktu yang semakin dekat dengan dirinya Ia memikirkan banyak hal, seperti cinta, kehidupan, dan segala hal yang baginya akan segera ia tinggalkan. Tidak hanya itu, Sapardi juga tengah merasakan keresahan, memikirkan bagaimana kehidupan barunya di tempat asing yang akan segera ia tinggali bersama "waktu".
Dan W.S. Rendra yang menganggap waktu sebagai perumpamaan burung-burung yang terburu-buru hingga tak sempat menghinggap atau istirahat sedikit pun. Waktu baginya sebuah kendaraan yang mengantarkannya pada banyak hal, seperti cinta, hari-hari dengan cerita yang beragam, dan ia juga menganggap waktu sebagai sebuah keajaiban layaknya mukjizat yang membawa pada keadaan-keadaan yang tidak terduga. W.S. Rendra juga mengatakan jika waktu dapat mendampinginya pada sua maupun duka, pada kelahiran maupun kepada kematian.
Kedua penyair seakan telah membuat kesepakatan untuk mendedikasikan waktu dan kematian menjadi tema pada puisinya masing-masing. waktulah yang akan mendekatkan pada kematian, Waktu layaknya prajurit yang amat sangat patuh pada takdir yang telah ditetapkan, menurut keduanya. Motif yang dimaksudkan Sapardi dan W.S. Renda sama-sama tengah mengungkapkan tentang waktu yang terus berjalan.
Walaupun telah diperoleh persamaan tema pada Sapardi dan W.S. Rendra. Perbedaan pastinya akan tetap hadir. Puisi Mula Batu milik Sapardi, dari segi isinya ia lebih mengarah pada keresahan hati Pak Sapardi. Hal, itu mungkin saja karena mengingat usia Pak Sapardi tidak lagi muda, itu mungkin pertanyaan spontan dari pikirannya yang muncul sesekali pada orang-orang diusia senja. Apalagi ketika tengah sakit, melihat perubahan di sekelilingnya, atau menyadari bahwa waktu sudah berjalan dengan begitu cepat. Perasaan seperti itu selalu muncul di hati orang-orang secara acak atau tiba-tiba pada situasi tertentu sehingga terkadang menimbulkan rasa haru atau sedih semacamnya. Puisi yang termuat pada Mula Batu setiap sub judulnya, Sapardi mendeskripsikan waktu dengan melodi yang sedih, ia layaknya sedang menulis perpisahan kepada orang-orang terkasihnya. Mula Batu menjadi media pengungkapan perasaan Sapardi kepada para pembacanya.
Malam Stanza milik W.S. Rendra lebih terlihat seperti sebuah cerita yang tengah diceritakan olehnya. Dalam beberapa puisi yang termuat di dalamnya ia lebih terlihat menceritakan tentang waktu yang berjalan, tidak muncul karena kesedihan seperti milik Sapardi. W.S. murni menggambarkan bagaimana waktu berjalan dan bekerja. Pada setiap isinya seperti informasi yang diolah menjadi diksi-diksi indah. Sehingga pada kedua penyair tersebut perbedaan terlihat pada rasa dan isi puisi, di mana Sapardi memiliki rasa sedih dan gundah sedangkan W.S. Renda lebih seperti tengah menasihati pembacanya tentang waktu. Oleh karena itu secara garis besar perbedaan dari keduanya terletak pada rasanya, pengungkapan dan pemilihan kata, sebab kata juga memengaruhi rasa pada setiap kalimat yang diungkapkan.
Mula Batu dan Malam Stanza merupakan dua puisi dengan tema yang sama, yakni waktu dan kematian. Namun, walaupun begitu keduanya memiliki rasa dan maksud yang berbeda. Karena setiap penulis memiliki tujuan yang berbeda dalam menciptakan sebuah karya. Sapardi yang tengah berbagi kegelisahan dengan pembaca pada diksi-diksi yang memilukan hati dan W.S. Rendra yang sedang berinteraksi dengan memberikan petuah-petuahnya kepada para pencinta syair-syairnya.
Selain itu perbedaan dalam dua puisinya menyimpan pesan yang sama, menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakannya sama saja kita sedang mengurangi penyesalan di kemudian hari. Penyesalan tak pernah memberikan peringatan kapan ia akan datang kepada kita, maka dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin merupakan cara terbaik untuk menghindari penyesalan itu. Sapardi dan W.S. Rendra menggambarkan dengan jelas tentang waktu yang begitu cepat menyusut dan tiba-tiba sudah berada diujung senja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H