Lihat ke Halaman Asli

Anak Manja adalah Kesalahan Pengasuhan?

Diperbarui: 20 Juli 2024   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh:

 Rara Dina Asmara dan Iyan Sofyan 

(Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris & Dosen PG PAUD Universitas Ahmad Dahla

n)

Anak adalah anugerah Allah yang besar dan harus dipertanggungjawabkan oleh para orang tua, sehingga menjadi hal yang kodrati, manakala semua orang tua sangat menyayangi anak-anaknya. Semua itu dengan dalih agar anak-anak mereka dapat tumbuh secara optimal dan sesuai dengan harapan orang tua. Untuk mewujudkan hal tersebut, tampak adanya perbedaan antara orang tua yang satu dengan orang tua yang lainnya. Beberapa orang tua memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dengan harapan mereka dapat menjadi mandiri. Tetapi disisi lain, terdapat pula orang tua yang sangat over-protectif terhadap anak-anaknya (Sumber: Kajian Islam & Pendidikan). 42% orang tua mengaku anak mereka manja dan 80% menjawab perilaku manja itu akan berdampak di masa depan. Tetapi, sebagai orang tua kadang kita tanpa sadar menghindar dari membuat aturan atau mengalah karena bermaksud baik. Misalnya ingin menyenangkan anak dan membuat kenangan indah. Lagi pula, memberikan jauh lebih mudah ketimbang berkata "tidak". Perilaku manja ini akan menjadi masalah ketika anak mulai masuk sekolah, bahkan sampai dewasa. Sikap inilah yang selalu membawa anak-anak tumbuh menjadi anak-anak manja. Konsekuensi logisnya, anak akan susah bersosialisasi, beradaptasi, dan kelak susah untuk hidup mandiri (Sumber: lifestyle.kompas.com, 2023).

Agama Islam menegaskan agar setiap orang tua tidak meninggalkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah. Lemah dalam hal ini memiliki beberapa pemaknaan, beberapa di antaranya yaitu susah bersosialisasi, beradaptasi, bergantung pada orang lain atau biasa disebut dengan susah untuk hidup mandiri. Oleh karena itu, orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang tidak memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dan tidak pula menampakkan sikap over-protectif kepada anak-anaknya. Perlakukan orang tua yang terlalu berlebihan memberikan kasih sayangnya, membuat anak itu tumbuh menjadi manja. Hal ini dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga menjadi lemah dan tidak mandiri karena selalu bergantung kepada orang tuanya. Jika hal seperti ini terjadi, maka resiko yang ditimbulkannya juga akan kembali kepada orang tuanya. Penyebabnya, anak yang manja sering merepotkan orang tua, baik sewaktu masih kecil maupun terlebih jika memasuki usia dewasa. Akibat lain adalah anak akan sulit untuk dididik dan memahami perilakunya sendiri.

Mendidik anak melalui cara yang keras dan kaku dampaknya akan sama dengan menyikapi anak secara masa bodoh dan meremehkan. Di sisi lain, sikap memanjakan yang kelewat batas juga akan memberikan hasil yang tidak baik. Orang tua memiliki kewajiban untuk menolong anak-anak dalam memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi mereka tidak boleh berlebih-lebihan dalam menolong itu. Sehingga anak-anak mereka tidak kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri. Maka dari itu, anak manja jika dewasa cenderung tidak memiliki kemandirian, karena mereka selalu melibatkan campur tangan orang tua dalam menyelesaikan suatu masalah, baik sederhana maupun rumit. Mereka tidak dapat berdiri sendiri dan selalu menggantungkan diri pada orang lain. Oleh karena itu pentingnya penanaman sikap mandiri pada anak, maka orang tua harus memulainya sejak dini. Meskipun seperti terlihat bahwa orang tua melepas begitu saja dan membiarkannya tumbuh dengan sendirinya. 

Dalam persaingan masyarakat, banyak orang tua yang ingin menjadi ayah atau ibu yang super. Mereka mendambakan anaknya menikmati suasana kehidupan dengan memberikan segala sesuatu apapun yang diminta anaknya tanpa melihat terlebih dahulu tujuan dan manfaat dibalik keinginan anak tersebut. Anak-anak akan berpikir bahwa mereka akan diperhatikan dan dituruti jika hanya mereka yang menduduki pusat perhatian keluarga. Hal semacam ini dapat terjadi pada lingkungan keluarga yang kurang mengerti pada lingkungan anak-anak. Mereka mengira bahwa dengan memberikan dan menuruti semua keinginan anaknya itu adalah kewajibannya sudah dijalankan, mereka menyadari bahwa hal ini kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Hal ini dapat juga terjadi pada orang tua yang telah mengerti dan tahu cara mendidik anak, tetapi karena tidak tega menolak setiap permintaan anaknya, sehingga merasa takut kalau anaknya akan melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya. Tindakan orang tua seperti ini merupakan tindakan yang salah dan kurang bijaksana, sebab yang sedemikian itu dapat membuat si anak akan lebih menyukarkan dan akan menuntut lebih banyak lagi daripadanya.

Mendidik anak dengan memberikan kebebasan penuh kepada anak sesuai kehendaknya dan melihat manfaatnya. Mengenai kebutuhan anak akan kebebasan yaitu kebebasan terbatas, yang dimaksud agar anak tidak tumbuh semrawut, sehingga ahli pendidikan dan psikologi mengatakan bahwa anak adalah makhluk yang khusus. Anak berada dalam perjuangannya untuk terjun ke dalam dunia manusia yang dewasa lagi sempurna,  makhluk yang tumbuh secara terus menerus yang dalam pertumbuhannya tidak terus akan sempurna, kecuali harus melalui gerak dan kegiatan. Gerak dan kegiatan timbul dari diri makhluk itu sendiri. Oleh karena itu, tidak akan ada pertumbuhan tanpa ada kebebasan, karena kebebasan itu termasuk kebutuhan pokok bagi manusia sebagaimana yang termuat dalam hak asasi manusia. Hak-hak asasi manusia yang dimaksudkan adalah kasih sayang, rasa aman, harga diri,  dengan adanya kebebasan dan kegiatan pada anak, maka kegairahan dan gerak yang menyertainya akan menjadi pengalaman yang dibutuhkan bagi pertumbuhan badan, akal, akhlak, sosial, keahlian, dan pengetahuan. Suatu kekeliruan besar pada pendidikan, dimana orang tua menganggap pemberian kebebasan pada anak akan berdampak positif. Apalagi, jika anak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan oleh orang tuanya. Tentu anak akan menjadi orang yang "liar" lebih-lebih jika dalam kehidupan anak cenderung pada hal-hal yang terlarang.

Memanjakan anak dengan selalu menuruti semua keinginan mereka, memberikan materi berlebihan, dan tidak memberikan tanggung jawab, dapat menumbuhkan sifat manja, materialistis, dan tidak mandiri. Hal ini dapat membuat mereka sulit beradaptasi dengan kehidupan yang penuh tantangan di masa depan. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berhenti memanjakan anak dan mulai mendidik mereka dengan penuh kasih sayang dan kedisiplinan. Tetapkan batasan yang jelas, ajarkan anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Berikan konsekuensi yang tegas dan konsisten ketika mereka melanggar aturan. Berikan tanggung jawab, berikan tugas rumah tangga yang sesuai dengan usia anak. Ajarkan mereka untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan sendiri. Ajarkan nilai-nilai yang penting, tanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab pada anak. Mari ajarkan anak untuk menghargai orang lain dan bersyukur atas apa yang mereka miliki. Dengan mendidik mereka dengan baik dan penuh kasih sayang, para orang tua dapat membantu mereka menjadi individu yang mandiri, tangguh, dan sukses dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline