Lihat ke Halaman Asli

Widi Azzahra Putri Ranti

Universitas Airlangga

Maraknya Self Diagnose karena Peran Media Sosial

Diperbarui: 7 Juni 2024   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saat ini, media sosial bukanlah suatu hal yang asing bagi kita semua. Media sosial sendiri telah menjadi suatu tren di berbagai kalangan. Mulai dari orang dewasa, remaja, hingga kanak-kanak pun mengenal media sosial. 

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kominfo dan UNICEF pada tahun 2021 menunjukkan bahwa, 98% anak-anak dan remaja di Indonesia mengetahui mengenai internet, dan 79% diantaranya merupakan pengguna media sosial. 

Hampir seluruh orang di sekitar kita menggunakan sosial media di kesehariannya. Media sosial memberikan kemudahan kepada orang-orang untuk saling terhubung, mengekspresikan dirinya, mendapatkan informasi hingga membagikan informasi. 

Akhir-akhir ini, informasi mengenai kesehatan mental seringkali kita jumpai di media sosial. Informasi ini biasanya berisi gejala dari suatu penyakit mental, penyebab, hingga cara mengatasinya. Banyaknya informasi yang beredar membuat orang-orang menjadi lebih aware dan peduli terhadap kesehatan mentalnya ataupun orang di sekitarnya. 

Tetapi, informasi-informasi ini juga yang seringkali mendorong seseorang untuk melakukan self diagnose. Self diagnose sendiri merupakan seseorang yang mendiagnosis dirinya sendiri berdasarkan informasi yang didapatkan secara mandiri. Misalnya mendapatkan informasi mengenai suatu masalah kesehatan dari teman, keluarga, pengalaman yang pernah dimiliki, atau yang saat ini sedang marak terjadi yakni, memperoleh informasi dari media sosial.

Masih adanya stigma mengenai kesehatan mental dan masih kurangnya akses layanan kesehatan mental di beberapa daerah menyebabkan seseorang lebih memilih untuk melakukan diagnosis terhadap dirinya sendiri berdasarkan informasi yang mereka dapatkan, daripada mencari bantuan profesional. Seseorang umumnya takut menghadapi stigma yang ada karena mereka takut dihakimi ataupun dikucilkan oleh orang lain.

Tetapi, melalui media sosial, seseorang dapat memperoleh dukungan dari suatu komunitas yang mengalami pengalaman yang serupa dengan saling terhubung. Sehingga mereka dapat saling menguatkan, berbagi pengalaman, saling memahami, dan merasa memiliki dukungan oleh satu sama lain.

Dari banyaknya informasi yang beredar, ada beberapa diantaranya yang berasal dari sumber sumber yang tidak terpercaya. Melakukan diagnosis suatu penyakit juga memerlukan berbagai macam tahapan analisis yang tidaklah mudah. Selain itu, perlu adanya pemeriksaan lanjutan serta observasi yang lebih mendalam untuk mengetahui masalah mental seseorang. Oleh karena itu, diperlukan adanya bantuan profesional dalam penanganannya. 

Self diagnose dapat memberikan dampak yang buruk. Contohnya, dapat terjadi kesalahan diagnosis terhadap suatu gejala. Karena, ketika kita mengalami satu atau dua gejala suatu penyakit, belum tentu kita mengidap penyakit tersebut. Ketika terjadi kesalahan dalam diagnosa, maka kedepannya orang tersebut akan melakukan kesalahan dalam menangani gangguan kesehatan tersebut. Kesalahan penanganan ini, juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih parah kedepannya, karena ia tidak mendapatkan penanganan yang tepat untuk penyakit yang dialaminya. 

Untuk menghindari dampak yang merugikan tersebut, maka penggunaan media sosial harus dilakukan secara bijak. Perlu adanya kesadaran dalam memilah informasi yang didapat dari media sosial, dengan mencari informasi melalui sumber-sumber yang terpercaya. Ketika sudah mendapatkan informasi-informasi mengenai gejala yang dialami, apalagi apabila gejala-gejala tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari, alangkah lebih baiknya untuk mencari bantuan dari orang yang profesional agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Perlu diingat juga, bahwa kita tidak sendirian. Banyak sekali bantuan yang dapat membantu kita, dan ada banyak juga orang-orang yang mengalami hal serupa dengan kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline