Peristiwa kecelakaan yang menimpa bus SMK Lingga Kencana Depok menjadi perhatian banyak pihak. Ada yang menyalahkan pihak guru, sekolah, penyedia jasa transportasi, bahkan memicu pro kontra pelaksanaannya. Namun, tulisan ini tidak bertujuan untuk mencari siapa yang salah siapa yang benar. Saya hanya berbagi 3 hal yang menurut saya menjadi perhatian bersama.
Urgensi
Saya sepakat bahwa study tour merupakan salah satu metode edukatif yang bisa digunakan untuk memperoleh pemahaman mendalam dan memperluas wawasan para murid. Murid belajar dari sumber primer yang ditemui dari lingkungan melalui pengalaman langsung.
Namun, sebelum mengimplementasikan metode ini, perlu persiapan yang matang. Akan sangat keliru jika study tour hanya berfokus pada tempat yang dituju tanpa memikirkan esensi dari kegiatan tersebut. Guru harus memetakan tingkat kemampuan kognitif muridnya, pemahaman sepanjang hayat apa yang diharapkan tertanam dalam diri murid. Jangan sampai study tour ini adalah rekreasi semata berkedok edukasi. Harus dibedakan walaupun bisa dikolaborasi.
Nah, berkaitan dengan tingkat kognitif siswa, kita perlu kaitkan dengan capaian pembelajaran kita apakah memang materi ajar yang ingin disampaikan 'menuntut' murid untuk belajar di luar lingkungan kelasnya atau tidak. Study tour seharusnya bermain di tataran High Order Thinking Skill (HOTS). Kalau guru sudah yakin murid-muridnya sudah bisa diajak dalam kerangka berpikir tingkat tinggi ini, ya silakan, tetapi kalau belum, kita perlu mencari metode lain yang perlahan-lahan bisa mematangkan mereka.
Lah, justru study tour ini yang mengasah HOTS muridnya?
Yakin? Kalau yakin, silakan. Kalau belum yakin berarti ditunda dulu. Carai metode yang lain. Guru-guru kita tidak kalah kreatif. Guru-guru kitab isa kok memodifikasi cara belajar sesuai kebutuhan murid. Kita tidak ingin ambil risiko dengan hal-hal yang luput dari pandangan kita. Kita tidak ingin kalau study tour lebih menguras emosi kita karena murid susah dikondisikan.
Study Tour Bukan Kewajiban
Study tour jadi agenda tahunan?
Jika ada sekolah yang menjadikan ini sebagai agenda tahunan, saya cenderung tidak sepaham. Kadang ada juga sekolah yang menjadikan hal ini bagian dari promosi sekolah karena menjadi agenda yang diunggulkan. Tentu tidak masalah, karena orang tua murid pasti sudah mempertimbangkan pendidikan anaknya dengan matang.