Blurb
"Kerja yang benar!" Arjan membentak. "Salah-salah potongan tangan kamu yang masuk penggorengan!"
Wuihhh, seram enggak dengarnya?! Tapi, buat Savvy, anak kelas enam SD ini, teriakan seperti itu sudah jadi makanan sehari-hari. Dan, itu belum seberapa. Teriakan tantenya... wah, lebih bikin pusing kepala lagi. Sampai-sampai dalam benak Savvy, masa sih anak seusianya hanya boleh kerja dan kerja?! Masa sih dia tidak boleh bermain sama sekali?! Setiap dia mampir di rental Play Station Helly, padahal baru sebentar, Tante Dali --tantenya yang super-duper galak dan bawel itu-- selalu menghampiri dan menyuruhnya pulang. Untuk apalagi kalau bukan membantunya di rumah makannya yang terkenal dengan sup ikan dengan kuahnya itu.
Anehnya berbagai cara untuk menyembunyikan jejaknya --seperti mengacak-acak sendal yang ada di rental PS Helly-- enggak pernah mempan buat tantenya itu! Memang sih Savvy yang anak piatu itu, anak 'titipan' alias anak yang dititipkan ayahnya yang enggak pernah dilihatnya lagi --semenjak menitipkan dirinya pada tantenya. Tapi, masa sih hidupnya harus jadi menderita banget!
Tidak aneh kalau akhirnya Savvy nekat ngabur. Meski ternyata perjalanan minggatnya itu tidak seindah yang dia bayangkan. Pfuih... berlinangan air mata dan keringat.
---
Savvy, anak perempuan kelas 6 yang tangguh karena keadaan. Ibunya meninggal sedangkan ayahnya diduga kerja di Malaysia--walau di cerita dikasih tahu sebenarnya enggak jelas keberadaannya. Savvy tinggal dengan om dan tantenya yang semena-mena. Ia dipaksa bekerja di rumah makan om dan tantenya itu, mendapat tekanan sedemikian rupa bahkan dicap sebagai pembawa sial. Perlakuan semena-mena itulah yang membuat Savvy mulai punya tekat untuk pergi dari rumah itu hendak ke Lampung mencari tempat tinggal adik bapaknya yang lain. Pokoknya sepanjang cerita kita akan melihat betapa kejamnya perlakuan keluarga yang menampungnya untuk anak seumuran dia.
Nah, walaupun judulnya Savvy dalam Petualangan Air Mata, ternyata penggambaran Savvy bukanlah anak perempuan yang cengeng, gampang nangis atau malah penurut. Betul ia tertindas, tetapi ia juga kuat dan cukup mau berontak. Ia hanya mau diam kalau memang kalah argumen. Dia ini pintar juga pemberani. Ia nggak ada takut-takutnya untuk baku hantam dengan anak laki-laki sampe babak belur.
Saya senang sekali dengan tokoh-tokoh yang ada, selain Savvy tentunya. Bill yang nyebelin yang suka merisak Savvy, Helly penjaga warnet yang cukup suportif, semua keluarga Om Dali yang kayaknya emang untuk dibenci sama pembaca, Mbak Rena yang lembut, keluarga Luna yang cukup related dengan beberapa keluarga khususnya keluarga pecinta burung yang sadar enggak sadar emang lebih merhatiin burung dari pada anggota keluarga sendiri.
Sepanjang cerita, penggambaran karakter Savvy dan yang lainnya emang kuat. Sayangnya karakter itu nggak ditopang dengan cerita yang kuat. Kenapa? karena ada beberapa hal yang sepertinya dilewatkan oleh penulis.