Kegelisahan dan frustasi mungkin sering kita lakukan.Kita bisa gelisah dan frustasi jika hubungan kita dengan orang yang kita cintai sedang menghadapi tantangan tertentu. Kita sedang gelisah tentang tugas akhir kita, tentang presentasi project, masalah rumah tangga dsb. Tetapi dalam Matius 6:25-34 dikatakan bahwa burung-burung dan bunga bakung juga Tuhan pelihara, apalagi kita yang dicipta menurut gambar dan rupa-Nya.
Mengapa kegelisahan menjadi dosa? Pertama, Karena kita meragukan atau bahkan tidak percaya pada pemeliharaan Allah. terlebih lagi pada situasi pandemic ini. Banyak yang membuat kita gelisah dengan pekerjaan, apa yang kita makan jika kita tidak bekerja, bagaimana keadaan orang-orang atau keluarga yang kita kasihi di luar kota, dan banyak lagi. Artinya ketika kita menyerah kepada kegelisahan dan berlarut didalamnya kita sedang tidak percaya pada Allah.
Kedua, kurangnya penerimaan akan pemeliharaan Allah. Kita mungkin punya perencanaan yang sudah kita atur sedemikian rupa, namun apabila Tuhan memiliki jalan yang berbeda, bagaimana respon kita? Apakah kita akan gelisah atau kita menyerahkan sagalanya pada Tuhan bahwa Tuhan punya rancangan yang terbaik? Hal ini mungkin sulit bagi kita. Kita masih harus belajar bagaimana Allah bekerja. Namun saya percaya bahwa Allah terkadang mengubah rencana kita untuk menemukan sesuatu yang lebih berarti yang membuat kita sadar akan pemeliharaan-Nya.
Kita dengan keterbatasan kita bisa saja mengatur segala sesuatu namun melupakan hal esensial yang bisa saja mengarah pada hal yang tidak kita inginkan. Tetapi Tuhan bisa bekerja dalam situasi apapun untuk membawa kita kembali pada tujuan kita yang sebenar-Nya. Hingga pada akhirnya kita harus kembali pada respon Yesus saat ditaman Getsemani ketika ia semakin dekat dengan puncak penderitaan-Nya.
Dalam Matius 26:39 Yesus juga merasa gelisah namun ia tetap menunjukkan kepercayaan kepada Bapa. Bahkan Ia menyerahkan segala sesuatu terjadi sesuai kehendak Bapa. Ini jugalah yang harus menjadi pegangan kita. Kita boleh berencana apapun namun semua kembali pada kehendak-Nya. Kehendak-Nyalah yang jadi.
Frustasi mirip dengan kegelisahan. Namun Jerry Bridges memberikan perbedaan keduana. Jika kegelisahan lebih cenderung kepada rasa takut, frustasi mengarah pada kemarahan terhadap apa ata siapapun yang menurut kita akan menghlangi rencana kita.
Jerry Bridges memberikan contoh yang masuk akal. Apalagi dalam konteks siswa/mahasiswa. Ia menceritakan pengalamannya untuk print dokumen dengan printer dan komputernya. Ketika perangkatnya bermasalah (ngadat) ia menjadi frustasi dan terlalu fokus pada penyebab langsung frustasinya tanpa berpikir lagi tentang Allah.
Saya pribadi berpikir sebentar, bukankah ini sah-sah saja apalagi dalam situasi mendesak? Tetapi sepertinya Jerry ingin menyampaikan hal yang berbeda. Sehingga saya pikir, tidak ada alasan untuk mengesampingkan Allah dalam situasi apapun.
Ayat penguatan dan penghibyran Jerry dalam situasi ini adalah Mazmur 139:16 (NIV) mengatakan " segala hari yang ditentukan bagiku tertulis dalam kitab-Mu sebelum ada satupun yang terjadi." Dan ini berarti sebelum kita merencanakan segala sesuatu, Tuhan telah merencanakan-Nya bagi kita. Harapannya kita memiliki hikmat dalam merespon segala sesuatu karena rancangan Allah bukan rancangan kecelakaan tetapi semuanya untuk kebaikan.
Bahan Bacaan.