Berada ditengah pandemic ini menjadi suatu ketidakpastian yang harus kita rasakan bersama-sama. Kita tidak memahami betul apa yang sedang kita hadapii karena kita tidak bisa melihat secara kasat mata.
Kita takut bersosialisasi, kita takut bepergian dan kita menjaga kebersihan diri dan lingkungan sebaik mungkin untuk menghindari wabah ini. Namun yang menjadi perhatian adalah di situasi yang seperti ini menimbulkan keraguan kepada Allah karena seakan-akan Allah meninggalkan kita ditambah lagi banyak banyaknya korban nyawa, kerugian, keterbatasan akses dan lain sebagainya.
Namun orang yang percaya akan memili respon yang sebaliknya karena ia memiliki pengharapan dalam yang kuat. John Piper dalam bukunya "Coronavirus and Christ" mengatakan bahwa virus corona tidak menunjuk kepada kecemaran, kesalahan, atau kejahatan Allah.
Pada masa-masa sukar ini, Batu Karang (Allah) kita tidak bersalah. Ia tidak cemar. "Tidak ada yang kudus seperti TUHAN ... tidak ada gunung batu seperti Allah kita" (1 Sam. 2:2).
Batu Karang kita bukanlah sebuah khayalan sebab ia benar. Kedaulatan yang dapat menghentikan wabah virus corona, meski sekarang tidak melakukannya, adalah kedaulatan yang sama yang memelihara jiwa-jiwa yang sekarang ada di dalamnya.
Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mempersalahkan Allah untuk berbagai kejahatan. Segala bentuk kejahatan bermula karena adanya dosa yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Kita memiliki dasar yang kuat untuk berpengharapan karena Kristus bahkan mengalahkan kematian dengan kebangkitan-Nya. Tanpa kebangkitan, mungkin kita tidak mampu apa-apa lagi. Iman dan pemberitaan Injil sia-sia. Tetapi karena Kristus bangkit, maka pengharapan itu tetap ada dan menjadi kekuatan kita untuk menjadi kehidupan.
Virus Corona tidak ada apa-apanya dindingkan kuasa Kristus. Virus ini hanya mengingatkan kita akan efek dosa yang itu kematian. Virus ini menjadi salah satu cara bagaimana manusia menuju kematian. Tidak jauh berbeda dengan penyakit kanker kronis, kecelakaan maut, bencana alam dan sebagainya. Oleh karena itu ingat selalu untuk berpengharapan pada Batu karang yang benar yaitu Allah itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H