Lihat ke Halaman Asli

BANYU BIRU

Guru | Pecandu Fiksi

Cerpen | She Is Gone

Diperbarui: 3 Juli 2019   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Bang Pael

"Benar kamu suka sama aku?"

"mmm ya boleh dibilang begitu."

"tapi aku gak mau ngabisin waktuku dengan orang yang sekedar 'suka' lambat laun rasa suka itu pasti bakal hilang?"

"Justru itu! Beri aku kesempatan untuk tidak sekedar suka"
"maksudmu?"

***

Sedikitpun tidak pernah terbersit dipikiranku, akan memiliki rasa ini pada dia. bahkan selama ini kami bisa berkumpul, ngobrol dan bercanda tapi rasanya biasa saja. Tetapi akhir-akhir ini aku merasa berbeda. Senyumannya begitu indah berpadu dengan lesung pipinya yang mungil. Bahkan tak jarang bibirku menyambut senyumnya dengan sok manis seakan tak mau kalah untuk menunjukkan senyum yang tak kalah manis pula.

Cinta? Bagiku cinta itu adalah omong kosong para remaja yang berlagak sok dewasa. Lihat! Dia hanya mau pamer saja. Ia pikir ketika ia menggandeng tangan seorang wanita, ia akan terlihat keren? Alangkah bodohnya wanita itu mau berjalan denga pria seperti dia. Lihat! Mengikat sepatunya saja ia belum lulus. Dasar, Pria ini sok tampan sekali, ia tak pantas bersama perempuan itu.

Dasar lelaki labil.

Aku bergumam sendiri. Mengapa aku banyak menghakimi orang-orang itu? Mengapa aku sibuk mengurusi kisah mereka? Hidup mereka bagai buku catatannya terserah ia mau tulis apa dalam bukunya. Aku juga memilikinya dan aku telah memenuhinya dengan tulisan tentang hidup orang lain. Ternyata akulah yang bodoh. Aku lupa bahwa aku lupa menulis kisahku pada bukuku yang jelas-jelas ini adalah kepunyaanku.

Hati manusia memang penuh misteri bahkan orang yang memiliki hati itu saja tidak bisa menebak ketika hatinya telah berbicara. Bagai air yang kelihatan bening tetapi ketika ditilik ke dalam, semuanya buram, samar-samar. Ini yang tak bisa kumengerti. Hampir dua tahun aku mengenalnya tetapi mengapa baru sekarang hati ini membicarakannya? Meneriakkan namanya hingga jantung berdetak kencang ketika ingin menyapanya. Mata mendadak malu ketika ingin menatapnya. Untuk memanggil namanya saja seakan ada kejanggalan. Berusaha mengatur nada agar terdengar indah penuh kelembutan. Oh tidak. Kini hatiku sepertinya sedang dikuasai cinta. Oh cinta. Ternyata kau mengubah segalanya. Aku yang dulu berani, sekarang bertekuk lutut, berusaha tetap manis dihadapannya. Kasmaran.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline